Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ikan Terancam Tak Lagi Jadi Tuan Rumah di Laut...

Kompas.com - 22/07/2016, 08:21 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tanpa upaya serius oleh semua orang untuk menangani sampah, terutama sampah plastik, ikan terancam tak akan lagi jadi tuan rumah di laut Indonesia. Ada apa?

“Ada prediksi pada 2050 jumlah sampah plastik di laut bisa lebih banyak dari jumlah ikan," kata Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tuti Hendrawati Minarsih, Kamis (28/4/2016).

Sebelumnya, riset dari Jenna Jambeck dan kawan-kawan pada 2015 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penyumbang nomor dua terbanyak sampah plastik ke laut. Sampah yang dihasilkan mencapai 187,2 juta ton.

Berbicara dalam konferensi pers sosialisasi tas belanja berulang kali pakai dari Tempo Scan Love Earth, Tuti memaparkan rasa keprihatinan akan keadaan itu.

“Coba lihat pantai-pantai di Indonesia. Tidak ada yang bebas plastik. Saat saya dan tim ke pantai utara Jakarta, misalnya, kantong plastik di mana-mana,” ungkap Tuti.

Arsip Mercure Peserta Bersih-Bersih Pantai sedang mengambil sampah di Laut Jakarta dalam rangka merayakan World Ocean Day di Ancol, Senin (8/6/2015).
Keadaan ini, menurut Tuti tak bisa didiamkan begitu saja. Laut tercemar tidak hanya membahayakan ekosistem di dalamnya, tetapi juga manusia.

Sampah plastik itu sulit sekali terurai. Nah, lama-kelamaan (baru) terpecah menjadi serpihan kecil. Celakanya, serpihan ini bisa dikira makanan oleh biota laut seperti ikan. Lebih seram lagi kalau kemudian ikan itu dikonsumsi manusia,” papar Tuti.

Antisipasi

Fakta memprihatinkan itu mau tidak mau harus diantisipasi. Bila tidak, sampah plastik akan menjadi ancaman besar untuk kehidupan di bumi.

Kalau sebelumnya pemerintah sudah mencoba kebijakan uji plastik berbayar di toko-toko ritel pada 21 Februari  2016 hingga 5 Juni 201, kini giliran masyarakat ikut turun tangan.

“Seluruh lapisan masyarakat harus terlibat. Mulai saja dari hal-hal kecil,” harap Tuti.

Menurut Tuti, disiplin membuang sampah pada tempatnya juga termasuk inisiatif yang patut diapresiasi. Terlebih lagi sampai hari ini masih sedikit orang-orang yang punya kesadaran itu.

Kompas.com/David Oliver Purba Sampah plastik berserakan di halaman Masjid Istiqlal setelah shalat Id, Rabu (6/7/2016).

Di samping itu Tuti ikut mengapresiasi dukungan PT Tempo Scan Pacific yang ikut menyediakan tas belanja berulang pakai. (Baca: Apa Kabar Kebijakan Platik Berbayar?)

Pabrikan tersebut menyediakan 740.000 tas belanja berulang pakai dan mulai didistribusikan per 1 Mei 2016. Konsumen di toko ritel bisa mendapatkan tas itu secara cuma-cuma dengan berbelanja minimal Rp 25.000 untuk produk pabrikan itu.

“Kalau Tempo Scan Pacific sudah berinisiatif membuat kantong belanja, (lembaga dan pihak) lain juga harus punya inisiatif (serupa),” lanjutnya.

Tuti menambahkan, akan lebih baik lagi kalau masyarakat juga memiliki inisiatif untuk memilah sampah. Artinya, tempat sampah dibuat per kategori. Mengingat jangka waktu urai plastik yang panjang, lebih baik bila dijadikan barang lain atau didaur ulang.

“Memilah sampah plastik per kategori penting untuk memudahkan pengelola limbah plastik untuk mendaur ulang,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com