Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Aneh yang Terjadi Saat Gerhana Matahari Total 2016 Kini Terungkap

Kompas.com - 06/06/2016, 17:34 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Keanehan-keanehan yang terjadi saat gerhana Matahari total menyapa Indonesia pada 9 Maret 2016 lalu kini terungkap.

Dalam acara bertajuk "International Symposium on Sun, Earth, and Life" yang diadakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Jumat hingga Sabtu (4/6/2016), sejumlah peneliti mengungkapkan hasil risetnya.

Tiffany Hanik Lestari, mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Padjajaran, mengungkap perubahan perilaku bekantan saat gerhana. "Alpha male dari bekantan naik ke atas pohon. Bekantan yang lain kemudian mengikuti," kata Tiffany.

Menurut Tiffany, perilaku bekantan saat gerhana itu mirip perilaku kala malam. Bekantan biasanya naik ke atas pohon untuk tidur.

"Mereka tidur di atas pohon untuk menghindari predator yang biasanya ada di lantai hutan," kata Tiffany. Untuk bekantan yang hidup di wilayah hutan bakau, mereka biasanya tidur di pohon jenis Avicennia.

Tati Suryati Syamsudin, guru besar ekologi dari Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB, mengamati perubahan perilaku burung hantu, ayam, dan lalat buah.

"Saat akan gerhana, ayam sudah mulai duduk, seperti mau tidur. Saat gerhana benar-benar mulai, ayam jantan kebingungan, dan ayam betina langsung tertidur," ujar Tati.

Tumbuhan putri malu lain lagi. Saat gerhana mulai, daun tumbuhan tersebut menutup. Sementara itu, burung hantu yang aktif malam mengalami kebingungan saat gerhana.

Apa yang terjadi pada lalat buah mungkin paling menarik. Hampir setiap malam, pejantan lalat buah berkumpul untuk memperebutkan betina.

"Saat gerhana mulai, lalat buah mulai berkumpul, berkompetisi untuk kawin," kata Tati. "Namun, lalat akhirnya bubar karena gerhana hanya berlangsung singkat."

Simposium ITB membahas sejumlah hasil riset terkait gerhana matahari 2016. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyampaikan laporan awal pengamatan gerhana dari Maba, Halmahera Timur.

Belum ada hasil yang berarti. Namun, peneliti Lapan, Emmanuel Sungging Mumpuni, mengatakan, "Data yang dikumpulkan bisa dipakai, walaupun hujan terjadi saat gerhana."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com