Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Bahayanya Bila Terlalu Mengandalkan Auto Pilot

Kompas.com - 22/04/2016, 21:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Hilangnya pesawat terbang Boeing B-777-200ER Malaysian Airlines nomor penerbangan MH-370 pada tanggal 8 Maret di tahun 2014 dengan rute Kuala Lumpur – Bejing, telah menjadi catatan sejarah paling suram bagi dunia penerbangan internasional. 

Pesawat menghilang kurang dari 1 jam setelah take off yang diperkirakan masih berada di atas udara kawasan South China Sea.

Di tengah-tengah upaya yang sangat besar dari semua stake holder penerbangan sipil komersial dunia untuk dapat menyelenggarakan sistem transportasi udara global yang lebih aman dan nyaman, kita kehilangan sebuah pesawat terbang super modern dengan kemampuan terbang jarak jauh.

Lebih menyedihkan lagi, peristiwa itu sekaligus telah merengut 239 nyawa dari orang  tidak berdosa yang berada di dalamnya.

Catatan suram ini merupakan tantangan besar bagi kemajuan peradaban umat manusia di bidang teknologi sistem transportasi udara global. Kemajuan teknologi memang telah sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan umat manusia termasuk gaya hidup dalam bepergian menggunakan pesawat udara.  

Walau sudah dilakukan upaya besar-besaran dalam mencari di mana gerangan keberadaan pesawat MH-370 yang menghilang itu, sampai detik ini masih juga belum membuahkan hasil yang dapat menjawab aneka pertanyaan berkait dengan apa gerangan yang sebenarnya menjadi penyebab utama lenyapnya pesawat terbang B-777-200ER itu.

Meskipun muncul berita sudah ditemukannya beberapa serpihan yang dicurigai bagian dari kerangka pesawat tersebut, namun pihak yang berwenang masih belum bisa memberikan penjelasan yang dapat menerangkan apa dan kenapa penerbangan Malaysia MH-370 tersebut lenyap ditelan bumi.

Beberapa waktu sebelumnya, telah terjadi  rangkaian kecelakaan pesawat terbang yang juga menimpa produk teknologi mutakhir berupa pesawat terbang berteknologi tinggi yang super modern.  

Padahal pesawat-pesawat terbang itu dirancang dengan teknologi  canggih, yang membuatnya tidak hanya dapat dikemudikan secara otomatis akan tetapi juga dilengkapi mekanisme yang lengkap dari sebuah sistem yang dapat mengantisipasi berbagai keadaan darurat.  

Tercatat misalnya kecelakaan pesawat  Boeing 737-800 Turkish Air Flight 1951 di Amsterdam, Schiphol Airport Netherlands pada tanggal 25 Februari tahun 2009. 

Pesawat Turkish Air nomor penerbangan 1951 bertolak dari Istanbul International Airport pada pukul 07.01 AM menuju Amsterdam.  Kecelakaan ini menelan nyawa 9 orang penumpang dan awak pesawatnya termasuk 3 orang pilot.  

Hasil investigasi menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut terjadi sebagai akibat dari sistem otomatis untuk pendaratan (landing) bekerja keliru.

Terjadi penunjukkan radio altimeter yang salah dan mengakibatkan sistem autothrottle  to decrease engine power to idle during approach, kehabisan tenaga mesin secara otomatis saat mendekat ke landasan.  

Pilot terlambat menyadari bahwa telah terjadi  kesalahan dan mengakibatkan  pesawat stalled and crashed, jatuh sebelum mencapai runway.

AFP PHOTO / MANAN VATSYAYANA Dua warga melintas di depan mural hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 di sebuah gang di Shah Alam, Malaysia, 8 Maret 2016.
Berikutnya adalah kecelakaan yang dialami oleh pesawat terbang Airbus  A-330-203 dari maskapai penerbangan AirFrance, Flight Number  447 yang terbang dari  Rio de Janeiro , Brazil menuju Paris Perancis pada tanggal 1 Juni di tahun 2009.   

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com