Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Limbah Industri, Masyarakat Rancaekek Merugi Rp 11,3 Triliun

Kompas.com - 04/04/2016, 19:46 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Abainya pemerintah dalam mengawasi pembuangan limbah industri wilayah Rancaekek ke Sungai Cikijing membuat masyarakat sekitar mengalami kerugian besar.

Hasil studi Greenpeace beserta tim peneliti Institut Ekologi dari Universitas Padjadjaran mengungkap bahwa kerugian masyarakat akibat limbah tersebut mencapai Rp 11,385 triliun dalam 12 tahun terakhir. Itu belum termasuk biaya abai baku mutu.

"Ini menegaskan bahwa ada sistem yang perlu diubah dalam pengelolaan pembuangan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)," kata Ahmad Ashov Birry, Jurukampanye Detox Greenpeace.

Dalam acara peluncuran laporan "Konsekuensi Tersembunyi: Valuasi Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Industri" pada Senin (4/4/2016) di Jakarta, Greenpeace mengungkap bahwa limbah industri di Rancaekek mengakibatkan kerugian kesehatan, pertanian, perikanan, kehilangan pendapatan, kehilangan jasa air.

Laporan yang didasarkan atas studi di 4 desa di Rancaekek, Kabupaten Bandung, itu menguak bahwa kerugian pada sektor pertanian selama 12 tahun terakhir ini mencapai Rp 841.741.893.000.

(Baca juga: Telanjur Tercemar, Alasan Rancaekek Dipilih Jadi Kawasan Industri Terpadu).

Desa-desa yang diteliti, yakni Sukamulya, Linggar, Jelegong, dan Bojongloa, sebelumnya mempunyai produktivitas gabah 7,5 ton per hektare dengan intensitas panen 2-3 kali per tahun.

Namun, setelah ada pabrik di sekitarnya, produktivitas padi turun sebesar 97 persen. Sementara itu, intensitas panen juga turun menjadi hanya 1-2 kali per tahun.

Dari sektor perkebunan, kerugian mencapai Rp 812.184.000 selama 12 tahun, dihitung dari nilai produktivitas perkebunan dan biaya yang harus dikeluarkan petani untuk pupuk dan lainnya.

Sementara itu, sektor perikanan mengalami kerugian besar sebab produktivitas turun 100 persen.

Pembudidaya ikan tak bisa beroperasi karena air sungai yang tercemar. Jika pun ada yang masih membudidayakan, ikan produksi tak layak konsumsi.

Kerugian dari sektor perikanan ini ditaksir mencapai Rp 10.525.500 dalam 12 tahun terakhir.

Selain itu, menurut Greenpeace, masyarakat mengalami kerugian kesehatan.

Banyak warga menderita penyakit kulit dan gatal-gatal sehingga harus memeriksakan diri.

Bila diuangkan, upaya warga untuk mendapatkan kembali kesehatan mencapai Rp 815.070.500.400.

Sungai Cikijing yang menjadi lokasi pembuangan limbah sebenarnya menjadi sumber air bagi warga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com