Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal BNW, Kursi Roda Kendali Otak Bikinan Mahasiswa Indonesia

Kompas.com - 27/01/2016, 08:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sementara banyak perhatian ditujukan pada lengan robot Wayan Sutawan (31) yang kontroversial sebab diklaim menggunakan teknologi encephalography (EEG), banyak usaha pengembangan perangkat robotik dengan teknologi itu yang selama ini luput dari perhatian publik.

Universitas Bina Nusantara (Binus), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia adalah sejumlah institusi yang mengembangkan perangkat dengan teknologi EEG itu. Mereka yang mengembangkan memang orang sekolahan sehingga mungkin banyak orang menganggap, "wajarlah, namanya juga orang pintar."

Tapi sungguh, mereka yang mengembangkan mengakui bahwa perangkatnya masih jauh dari sempurna. Pada Selasa (26/1/2016), saya mewakili Kompas.com berkesempatan menjajal alat bantu gerak dengan teknologi EEG yang dikembangkan Binus, bernama Bina Nusantara Wheelchair (BNW). Ivan Halim dan Jennifer Santoso dari Fakultas Teknik Informatika Binus adalah dua yang berperan mengembangkan.

Jennifer Santoso Bagian pengontrol kursi roda BNW.
Penampakan BNW

Sekilas, yang membedakan BNW dengan kursi roda biasa hanyalah kabel-kabel. Tapi bila mengamati lebih detail, ada sejumlah bagian penting yang terdapat pada kursi roda selebar sekitar 1 meter itu, yaitu aki, pengontrol, kabel USB, tombol darurat, motor driver, dan motor DC.

Pengontrol menerima sinyal yang telah diolah untuk diteruskan ke motor driver dan motor DC, memungkinkan perangkat bergerak. Tombol darurat berfungsi untuk menghentikan kerja perangkat dalam kondisi bahaya. Sementara kabel USB berfungsi menghubungkan pengontrol dengan komputer.

Terpisah dengan kursi roda, ada neuroheadset. Bentuknya seperti headset biasa tetapi memiliki 14 tonjolan. Di ujung tonjolan, ada elektroda yang berfungsi menangkap sinyal dari otak dan memperkuatnya. Bagian luar elektroda harus dibasahi dengan cairan elektrolit sehingga membantu menangkap sinyal.

Neuroheadset terhubung dengan laptop via bluetooth. Di dalam laptop itulah tersimpan perangkat lunak yang berfungsi mengolah sinyal. "Otak" BMW tersebut akan menghilangkan noise dan menggolongkan sinyal sesuai kebutuhan sebelum dikirim ke pengontrol.

BNW sendiri tidak hanya bisa bekerja dengan sinyal otak, tetapi juga gerakan leher serta kedipan mata. Pengembangan itu penting sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. "Kalau tidak mengalami lumpuh total, pengguna masih bisa menggunakan gerakan leher. Jadi menyesuaikan," kata Jennifer.

Yunanto Wiji Utomo Layar muka aplikasi pengolah sinyal otak.

Ternyata Rumit

Jangan menyangka awal penggunaan perangkat ini mudah.  Persiapannya saja cukup rumit. Tahap awal adalah memasang neuroheadset. Masing-masing elektroda harus terpasang baik agar tangkapan sinyal dari otak maksimal. Akan muncul cahaya hijau bila pemasangan 14 elektroda yang ada tepat.

Selanjutnya, saya harus memasukkan data. Inti input data kira-kira adalah menyamakan persepsi antara otak dan perangkat. BNW punya mode EEG dan gyroscope. Untuk menguji kecanggihan alat dan mengetahui kemudahan penggunaan, saya mencoba keduanya.

Apa yang dilakukan? Contoh, untuk menyetel gerakan maju, saya memilih setelan "forward" di perangkat lunak, lalu berkonsentrasi, memandang ke depan seolah-olah ada obyek di depan saya. Untuk setelan gyroscope, hal serupa dilakukan. Hanya saja, yang dilakukan adalah menggelengkan kepala.

Waktu menyetel, semuanya tampak mudah. Mesin seolah memahami pikiran. Tapi, saat benar-benar menjalankan, ternyata semua tak berjalan sesuai yang diinginkan. Ketika mencoba mengoperasikan kursi roda dengan pikiran, saya hanya berhasil membuat perangkat maju sedikit.

Operasi kursi roda dengan gerakan leher lebih mudah namun juga tak selalu tepat. Contoh, ketika menatap ke depan untuk bergerak maju, kursi roda maju sebentar. Tetapi kedipan mata sedikit saja ternyata membuat kursi roda berhenti.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com