Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Sudah Dilanda Anomali Cuaca

Kompas.com - 13/01/2016, 11:10 WIB


Blog Grahame Lucas

KOMPAS.com — Natal tahun 2015, saya mudik ke Inggris. Yang mencengangkan saya adalah cuaca di luar sana.

Hujan sudah tidak aneh lagi, mengingat pola cuaca Inggris yang dipengaruhi sistem Samudra Atlantik. Namun, yang membuat saya heran adalah hangatnya suhu saat Natal. Temperatur menunjukkan angka 16 derajat celsius di kawasan West Midlands dan bagian lain di Inggris.

Moderator ramalan cuaca di televisi menjelaskan, fenomena cuaca ini dipicu aliran front udara hangat yang lembab dari Kepulauan Azores yang mengembus ke timur laut. Jadi, sebetulnya semua normal dan tidak ada masalah.

Lalu bagaimana dengan perubahan iklim? Jika kita masuk ke pub lokal, pengunjung juga tidak peduli fenomena cuaca. Yang penting, ini hari Natal. Jika perlu salju untuk pohon Natal, gampang, semprotkan saja dengan kaleng aerosol.

Padahal, pada musim ini, front cuaca normal seharusnya adalah kebalikannya. Arus datang dari barat daya menuju timur laut, dengan membawa temperatur kutub sedingin es. Apakah ini pertanda dampak perubahan iklim sudah datang?

Profesor Myles Allen dari Oxford University mengamini perkiraan ini. Cuaca normal di Eropa, saat Natal penuh salju, mungkin sudah menjadi fenomena masa lalu.

Musim dingin di Eropa Barat dan Inggris pada masa mendatang akan lebih hangat. Contohnya, Inggris pada bulan Desember tahun 2015 mencatat curah hujan tertinggi dalam sejarah meteorologi sejak 1910. Ini memicu banjir besar di utara Inggris.

Suhu rata-rata juga naik lebih dari 4 derajat celsius. Profesor Allen mengatakan, "Kita tidak bisa mengalahkan perubahan cuaca, dengan berlari seperti atlet, mengejar target yang terlalu kecil. Ini pertanda bahwa sesuatu telah berubah."

Banjir melanda di mana-mana, dan kekeringan juga menerpa separuh dunia, terutama di Asia dan Afrika. Kebakaran hutan meruyak mulai dari Indonesia, Australia, hingga ke Amerika Utara. Apakah kita bisa menuduh El Nino sebagai pemicu semuanya? Mustahil.

Namun, yang paling mencemaskan adalah ketidakpedulian global. Beberapa pekan silam, peserta KTT Iklim di Paris menyepakati pemotongan emisi CO2 untuk mencegah pemanasan global. Ini berita bagusnya.

Berita buruknya, 190 negara yang hadir tidak diikat kewajiban untuk menerapkan target yang digariskan. Naasnya pula, menurut para pakar kenamaan, dalam masa ini, pemanasan global kemungkinan sudah mencapai titik kritis, ketika lajunya tidak bisa dihentikan lagi.

Selain itu, masih banyak orang yang tidak percaya bahwa perubahan iklim sudah terjadi walaupun pertandanya makin jelas dan para ilmuwan sudah mewanti-wanti.

Sekarang buktinya sudah jelas bahwa perubahan iklim yang sudah melanda, seperti dikatakan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, adalah kenyataan yang tidak menyenangkan. Waktu bagi kita untuk mengatasinya pun sudah lama lewat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com