Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyaris Mati, Rompi Antikanker Warsito Dapat Napas dari Kemenristek Dikti

Kompas.com - 08/12/2015, 13:13 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Berada di ambang kematian karena keputusan Kementerian Kesehatan untuk menghentikan penelitian, riset rompi antikanker mendapatkan "bantuan napas" dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Dalam kunjungan ke CTECH Labs Edwar Technology di Alam Sutera, Serpong, Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan, "Riset Pak Warsito jangan dimatikan, tetapi harus didampingi. Ini karya anak bangsa."

Teknologi dan kontroversi

Warsito Taruno, peraih BJ Habibie Tecchnology Awards dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengembangkan alat terapi antikanker sejak awal tahun 2000.

Doktor lulusan Shizouka University itu mengembangkan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) dan Electrical Capacitance Cancer Theraphy (ECCT). Kedua teknologi berperan membantu memindai dan menyembuhkan kanker.

Wujud temuan yang dikatakan bermanfaat bagi publik adalah rompi dan helm antikanker. Penderita kanker bisa mengenakan rompi dan helm. Kanker pun bisa dibasmi.

Yunanto Wiji Utomo Sejumlah orang telah mencoba teknologi antikanker Warsito. Di kanan bawah, terpampang semboyan untuk menyemangati pasien, "Kesembuhan Diraih dengan Keyakinan"
Warsito dalam paparannya pada Senin sore mengatakan bahwa teknologinya adalah wujud keunggulan Indonesia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dia menunjukkan berita di Popular Science tentang "Cyber Physical System" yang salah satu wujudnya adalah pemindai tubuh yang terhubung dengan internet dan mampu mendeteksi penyakit secara cepat.

Teknologi itu adalah revolusi teknologi keempat di dunia sejak masa revolusi industri. Ia mengatakan, Indonesia patut bangga karena mulai mengembangkannya.

"Kita ready untuk the fourth industrial revolution. Kita berada pada forefront perkembangan teknologi dunia. Teknologi kami bisa tangkap kanker payudara dalam satu hingga dua detik," kata Warsito.

Namun, sambutan dari kalangan medis pada temuan yang konon sudah dimanfaatkan Jepang dan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ini tak manis. Banyak dokter mempertanyakan keampuhan teknologi Warsito.

Para dokter mengajukan sejumlah pertanyaan. Apakah benar alat Warsito efektif? Mana buktinya? Kok tidak ada publikasinya di jurnal ilmiah? Keefektifan itu klaim atau sungguhan?

Pahit yang dialami dokter adalah menjumpai pasien kanker yang ditanganinya justru memburuk setelah memakai alat buatan Warsito.

Kondisi bukan memburuk karena alat Warsito. Namun, kepercayaan pada alat terapi Warsito yang dianggap belum terbukti secara ilmiah membuat pasien meninggalkan pengobatan medis.

Yunanto Wiji Utomo Posting dr Ahmad Kurnia Sp. B-Onk tentang pasien yang kondisinya memburuk setelah hanya menggunakan teknologi Warsito.
Sejumlah dokter merasa perlu menyebarkan kisah pasiennya yang kondisinya memburuk lewat media sosial agar lebih banyak kalangan mengetahui. Dokter Ahmad Kurnia salah satunya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com