Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa "Swarm" di Halmahera Mereda

Kompas.com - 25/11/2015, 15:24 WIB
KOMPAS.com - Gempa bumi di Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sepekan terakhir mulai menunjukkan penurunan frekuensi kejadian dan magnitudonya. Masyarakat diminta tenang karena potensi terjadinya gempa besar di kawasan itu dinilai minim.

 Data Stasiun Geofisika Ternate, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak Senin (16/11/2015) hingga Selasa (24/11/2015), total aktivitas gempa bumi 611 kali. Namun, berdasarkan tren hariannya, saat ini menunjukkan penurunan besaran magnitudo dan frekuensi kejadian. Hari Minggu (22/11/2015) tercatat 99 kejadian dan Senin (23/11/2015) ada 73 kejadian.

Hingga kemarin, kekuatannya cenderung turun, lebih banyak di bawah magnitudo 3,0 skala Richter. Sangat jarang kekuatannya di atas 4,0 skala Richter.

"Data itu menunjukkan proses pelepasan tegangan pada batuan yang berlangsung terus karena karakteristik batuannya rapuh. Jika tegangan yang tersimpan dalam batuan habis, gempa bumi tipe swarm ini berakhir," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono.

Menurut dia, fenomena swarm, peluang terjadinya gempa besar sangat kecil. "Masyarakat tak perlu khawatir ancaman tsunami karena gempa bumi swarm kekuatannya relatif kecil sehingga tak akan mampu membangkitkan tsunami," katanya.

Gempa bumi swarm, menurut Staf Ahli Bidang Kebencanaan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, merupakan fenomena alam biasa meski relatif jarang terjadi. "Fenomena gempa tektonik beruntun ini mirip gempa vulkanik menjelang letusan gunung api," katanya.

Sekalipun potensi gempa besar relatif minim, kegempaan tektonik menerus itu dikhawatirkan memicu aktivitas vulkanik di kawasan itu. "Gempa-gempa ini manifestasi tegangan yang dapat mengganggu sistem gunung api, sesar, dan hidrotermal," kata Kepala Subbidang Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devi Kamil Syahbana.

Untuk aktivitas gunung api di Maluku memang belum terpengaruh signifikan meski bisa berubah cepat. Pantauan PVMBG, ada peningkatan emisi gas belerang (SO2) di wilayah Sulawesi dan Maluku, tetapi sumber persisnya tak diketahui. "Hari ini kegempaan Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, juga menunjukkan peningkatan. Statusnya dinaikkan dari Normal jadi Waspada," katanya.

Tipe gempa

Kategori gempa bumi swarm itu, menurut Daryono, didasarkan pada klasifikasi yang dilakukan ahli seismologi Jepang, Kiyoo Mogi (1963), yang membagi jadi tiga tipe. Gempa bumi tipe I dicirikan munculnya gempa bumi utama yang diikuti sejumlah gempa bumi susulan dengan kekuatan (magnitudo) dan frekuensi yang terus mengecil.

Gempa bumi tipe II dicirikan sebuah peristiwa yang diawali serangkaian gempa bumi kecil sebagai pendahuluan, lalu muncul gempa utama dengan kekuatan besar, serta diakhiri sejumlah gempa susulan dengan kekuatan dan frekuensi yang mengecil.

Gempa bumi tipe III adalah fenomena di mana pada suatu kawasan terjadi peningkatan aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil yang terus-menerus tanpa kemunculan gempa utama, yang biasa disebut tipe swarm. Hal itu terjadi karena kondisi batuan penyusun di zona gempa bumi sangat heterogen.

"Jika mengikuti perkembangan aktivitas seismik di Halmahera Barat, terlihat gempa bumi yang seolah tiada putus dengan magnitudo hampir seragam, kurang dari M 5,0, maka dapat dipahami bahwa fenomena yang sedang berlangsung merupakan gempa tipe III, yaitu aktivitas gempa swarm," kata Daryono.

Fenomena swarm biasa terjadi di zona gunung api. Swarm biasa terjadi pada kawasan yang mengalami medan tegangan yang terkait desakan aktivitas magmatik.

Jika ditinjau kawasan pusat gempa di Halmahera Barat, titik- titik hiposenter dangkal ini sangat banyak, membentuk kluster aktivitas seismik yang terpusat di kaki Gunung Jailolo di Bobanehene. Di Desa Bobanehene, kawasan dengan kerusakan terparah akibat gempa bumi swarm, sebanyak 350 rumah rusak.

Gunung Jailolo berada di tengah-tengah kompleks gunung berapi yang membentuk semenanjung barat Teluk Jailolo di pesisir barat Pulau Halmahera. Gunung itu lama tak mengalami erupsi, tetapi ada bekas aliran lava muda di sisi timur. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com