Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Pemantauan Kapal dari Satelit Lapan A2/ORARI Diminati Negara Lain

Kompas.com - 24/11/2015, 16:53 WIB
KOMPAS.com - Satelit Lapan A2/Orari yang diluncurkan 28 September 2015 baru melewati masa kritisnya, belum berfungsi optimal. Namun, sudah ada negara lain meminati data pemantauan pergerakan kapal laut di sekitar khatulistiwa Bumi dari satelit eksperimen itu.

"Satelit Lapan A2/Orari adalah satu-satunya satelit dengan orbit ekuatorial yang membawa muatan AIS (Automatic Identification System)," kata Kepala Bidang Teknologi Ruas Bumi, Pusat Teknologi Satelit, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Chusnul Tri Judianto di Jakarta, Senin (23/11/2015).

Perangkat AIS wajib dipasang di semua kapal besar dan menengah. Dari sinyal AIS yang dipancarkan kapal dan ditangkap satelit ditentukan posisi kapal tiap saat, sehingga rute diketahui. Dengan mengamati pergerakan kapal, dapat diidentifikasi apakah kapal itu kapal niaga, pencari ikan, atau kapal pencuri ikan.

Selama ini, satelit yang menangkap sinyal AIS hanya satelit berorbit polar atau memutari Bumi melalui Kutub Utara dan Selatan. Lapan A2 satelit ekuatorial mengitari Bumi melalui khatulistiwa, menjangkau seluruh muka Bumi dari 6 derajat Lintang Utara hingga 6 derajat Lintang Selatan, bukan hanya Indonesia.

Keunggulan Satelit Lapan A2 yang menjangkau pergerakan kapal di khatulistiwa lebih banyak dibanding satelit orbit polar, lanjut Chusnul, membuat sejumlah negara maju meminati data yang diperoleh, salah satunya Kanada. Negara itu memiliki satelit bermuatan AIS berorbit polar sehingga data pergerakan kapal di khatulistiwanya sangat terbatas.

Dalam sehari, Satelit Lapan A2 mampu menerima 2,4 juta pesan posisi kapal. Kini, data itu bisa diolah dalam dua jam. Ke depan diharapkan jauh lebih cepat.

Selain memantau gerak kapal, fungsi lain Satelit Lapan A2, menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, untuk pencitraan rupa Bumi. Demi jalankan fungsi itu, satelit dilengkapi video kamera analog dan kamera digital.

Jenis kamera sama digunakan pada Satelit Lapan A1/TUBSat. Bedanya, resolusi kamera satelit ini lebih baik, 4 meter (m) dan menyapu luasan 7 x 7 kilometer (km) persegi. Resolusi kamera di satelit Lapan A1 hanya 5 m, luas sapuan 3,5 x 3,5 km persegi.

Citra pertama yang diperoleh kamera analog pada minggu kedua setelah satelit diluncurkan adalah sapuan kawasan di utara Papua. Setelah diperbesar, wilayah daratan yang dicitrakan adalah Pulau Helen di selatan negara Palau. Adapun kamera digital yang dicoba bersamaan kamera analog baru memberi hasil yang baik sebulan kemudian.

Chusnul menambahkan, kualitas citra kamera yang baik sangat ditentukan pemahaman peneliti dan perekayasa di Pusat Pengendalian Satelit Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, terhadap sikap satelit. Itu membuat pengendali satelit bisa melakukan manuver sesuai kebutuhan.

"Formula menentukan sikap satelit sudah ditemukan, tapi terus diperbarui agar diperoleh citra terbaik," katanya.

Kemandirian

Pada Satelit Lapan A1, citra terbaik baru didapat tiga tahun setelah peluncuran. Pada Lapan A2, citra terbaik diharap didapat satu tahun setelah diluncurkan. Meski begitu, itu dinilai baik karena seluruh proses pengoperasian satelit dilakukan mandiri, termasuk pembuatan perangkat lunak memahami sikap satelit.

Kemandirian pengoperasian satelit itu melengkapi proses perancangan, desain, dan produksi Lapan A2 yang juga dilakukan mandiri di Indonesia. "Teknologi pembuatan dan operasi satelit harus dikuasai agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada negara lain," kata Thomas.

Fungsi lain satelit untuk komunikasi radio amatir. Hanya 15 menit sejak satelit dilepaskan dari roket peluncur, sinyal komunikasi radionya terdeteksi. "Dengan antena sederhana, sinyal radio dari satelit bisa ditangkap baik di India, Tiongkok, Thailand, hingga Australia," kata anggota Bidang Teknik Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari), Dirgantara Rahadian.

Ke depan, fungsi komunikasi radio amatir diharap dapat untuk komunikasi di daerah bencana, saat jaringan telepon seluler terputus. Pola komunikasi ini juga bisa untuk menandai pulau-pulau terluar Indonesia. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com