Jenis baru flora bahkan dijumpai pada bangsa tanaman yang sudah dikenal luas. Jahe misalnya. Peneliti LIPI menemukan jahe yang tidak seperti jahe umumnya yang dibuat wedang. Jahe yang dinamai Zingiber engganoensis itu berbeda dengan jahe lain dari daunnya yang lebih tipis serta bunganya yang khas.
Dari golongan katak, Amir sebagai peneliti amfibi meyakini ada dua jenis baru. Ia mengatakan, setiap katak memiliki bahasa yang berbeda untuk menarik pasangan. "Bahasa antara katak di Bengkulu dengan di Enggano berbeda. Kalau sudah bahasanya berbeda, berarti jenisnya juga berbeda," ujarnya.
Dari spesies-spesies yang telah didata, peneliti memperkirakan ada 14 spesies yang diyakini pasti baru. "Satu tumbuhan, 2 katak sudah yakin baru karena analisis genetiknya sudah keluar, 2 kelelawar, 1 jenis ikan, 2 jenis udang, 2 jenis capung, dan 4 jenis kupu-kupu," urai Amir.
Kejutan lain adalah udang jenis Macrobrachium bariense dan M placidulum. Biasanya, dua jenis udang tersebut dijumpai di timur garius Wallacea atau secara umum di timur Sulawesi. Namun, untuk pertama kalinya, dua jenis itu dijumpai di bagian barat Indonesia.
Dua jenis udang itu dijumpai dalam ukuran yang lebih kecil. Bila di timur garis Wallace ukurannya antara 20-30 sentimeter, di Enggano ukurannya hanya 10-15 sentimeter. Karena itu, para peneliti LIPI meyakini bahwa dua udang tersebut merupakan jenis baru.
Beragam kejutan berupa keanekaragaman hayati bisa dijumpai di Enggano karena pulau tersebut terpisah dari Sumatera. "Karena mengalami isolasi, perkembangan evolusi biotanya juga berbeda. Jadi, biota di Enggano sangat khas dan endemisitasnya tinggi," kata Amir.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!