Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bengkel Molekuler" Antar Tiga Ilmuwan Meraih Nobel Kimia

Kompas.com - 07/10/2015, 19:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Bayangkan Anda punya mobil yang dipakai terus-menerus. Pada satu waktu, salah satu komponen akan rusak dan Anda perlu pergi ke bengkel untuk memperbaiki.

Bengkel tidak hanya ada dalam dunia keseharian manusia. Dalam sel kita, tepatnya pada asam deoksiribosa (DNA), terdapat pula sistem bengkel atau reparasi. Sejumlah enzim punya tanggung jawab seperti montir yang mereparasi mobil.

Lewat riset, adanya "bengkel molekuler" itu terungkap. Temuan "bengkel molekuler" membawa tiga ilmuwan dunia, yaitu Tomas Lindahl, Paul Modrich, dan Aziz Sancar, meraih Nobel Kimia 2015 yang diumumkan Rabu (7/10/2015) sore ini.

"Riset ketiganya memberikan pengetahuan yang fundamental tentang bagaimana sel yang hidup bekerja dan itu bisa berguna untuk, misalnya, mengembangkan pengobatan anti-kanker," demikian pernyataan Panitia Nobel di situs webnya.

"Bengkel Molekuler"

Hingga tahun 1960-an, atau 20 tahun setelah struktur DNA terungkap, ilmuwan meyakini bahwa molekul dasar penyusun kehidupan itu stabil. Perubahan bisa terjadi tetapi sangat-sangat jarang.

Namun demikian, Thomas Lindahl yang kini bekerja di Francis Institute, Inggris, sejak awal meragukannya. "Seberapa stabil DNA?" begitu tanyanya.

Saat melakukan studi post doktoral di Princeton University, Lindahl meneliti molekul dasar sepupu DNA, asam ribosa atau RNA. Dia memanaskan molekul itu dan ternyata mengalami kerusakan cepat.

Kembali ke Karolinska Institute di Swedia, Lindahl kemudian memelajari DNA dan menemukan bahwa sama seperti RNA, DNA juga bisa mengalami degradasi.

Diuraikan dalam informasi di situs Nobel Prize, DNA mengandung komponen basa nitrogen yang disebut sitosin. Basa itu sayangnya sangat mudah kehilangan gugus amino penyusunnya sehingga memicu kejadian mutasi dalam DNA.

Saat memimpin Clare Hall laboratory di Inggris, Lindahl berhasil menemukan enzim yang berperan dalam koreksi DNA, salah satunya adalah glikosilase.

Ketika sitosin kehilangan amino, ia menjelma menjadi basa urasil. Enzim glikosilase berperan menemukan kecacatan itu dan mengoreksinya. Dua enzim lain berperan menyempurnakan proses koreksi.

Aziz Sancar, ilmuwan kelahiran Turki, juga mengungkap mekanisme "bengkel molekuler" namun dalam skenario berbeda: proses perbaikan ketika sel mengalami mutasi karena terpapar sinar ultraviolet.

Dengan melakukan studi pada bakteri yang telah dikloning, dia menemukan adanya enzim yang berperan mempertahankan sel dari kerusakan akibat sinar ultraviolet.

Sancar juga mengungkap, mekanisme perbaikan sel dari kerusakan akibat ultraviolet pada manusia dan bakteri sama. Salah satu enzim yang berperan adalah eksinuklease.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com