Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transplantasi Kepala Manusia Akan Dilakukan pada 2017

Kompas.com - 15/09/2015, 11:26 WIB

KOMPAS.com — Awal tahun ini, ilmuwan dan ahli saraf dari Italia, Sergio Canavero, mengejutkan dunia ketika ia mengumumkan akan melakukan transplantasi kepala manusia. Ini merupakan rencana transplantasi kepala pertama di dunia.

Tentu perlu persiapan matang agar proses transplantasi lancar dan berhasil. Canavero baru-baru ini mengumumkan bahwa operasi tersebut akan dilakukan pada Desember 2017.

Ia juga telah merekrut seorang ahli bedah kepala untuk memimpin prosedur kontroversial itu. Operasi ini mungkin terdengar seperti adegan dari film horor. Namun, ada satu orang yang berharap operasi ini akan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Orang tersebut adalah Valery Spiridonov. Pria berusia 30 tahun asal Rusia ini mengajukan diri sebagai sukarelawan dalam prosedur yang dia harapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dirinya.

Spiridonov merupakan ilmuwan komputer yang menderita penyakit saraf motorik langka yang dikenal sebagai penyakit Werdnig-Hoffmann. Penyakit tersebut menyebabkan saraf motorik memburuk yang mengarah pada atrofi otot.

Pada kasus berat, penyakit tersebut akan mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan menelan dan bernapas. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

CORBIS Valery Spiridonov.
Seperti halnya operasi lain, operasi ini berisiko dan serba-tidak pasti. Akankah dokter berhasil menyambungkan kembali sumsum tulang belakangnya? Akankah kepala menolak tubuh baru?

Meski kemajuan teknologi medis mengurangi risiko penolakan, operasi tersebut tak dijamin sukses karena belum pernah ada dokter yang berhasil menyambung sumsum tulang belakang. Spiridonov menyadari adanya risiko tersebut. Namun, ia bersikeras untuk tetap menjalani operasi tersebut.

"Menurut perhitungan Canavero, jika segalanya berjalan sesuai rencana, dua tahun merupakan waktu yang diperlukan untuk memverifikasi seluruh perhitungan ilmiah dan merencanakan detail operasi," ujar Spiridonov kepada kantor berita CEN.

"Ini bukanlah sebuah perlombaan. Tak diragukan lagi, operasi akan segera dilakukan ketika dokter dan para ahli sudah 99 persen yakin bahwa operasi akan berjalan sukses," ujarnya.

Canavaro akan bekerja sama dengan Xiaoping Ren, seorang ahli bedah saraf dari Harbin Medical University di China. Ren tak asing lagi dengan transplantasi kepala sebab ia telah melakukan operasi tersebut pada 1.000 tikus berbeda. Dengan operasi yang berjalan selama 10 jam, tikus bisa bernapas, minum, bahkan melihat. Sayangnya, tak satu pun dari tikus-tikus itu yang dapat bertahan lebih lama dari beberapa menit.

Sebenarnya, transplantasi kepala pertama telah berhasil dilakukan hampir 50 tahun lalu. Pada tahun 1970, dr Robert White berhasil mentransplantasikan kepala monyet rhesus ke tubuh baru. Setelah operasi dilakukan, monyet itu bertahan hidup selama 9 hari sampai akhirnya kepala menolak tubuh baru. Sumsum tulang belakang yang tak bisa menyambung kembali membuat tubuh monyet lumpuh.

Canavero dan Ren akan menghabiskan dua tahun untuk mempersiapkan operasi selama 36 jam. Setelah memutus sumsum tulang belakang—yang merupakan bagian terpenting dalam operasi ini—kepala akan ditransplantasikan ke tubuh donor. Tibalah bagian yang sangat rumit, yakni menyambungkan kembali sumsum tulang belakang.

Teknik Canavero ini akan menggunakan polietilena glikol, senyawa yang dikenal karena kemampuannya untuk memadukan membran sel lemak. Ren diharapkan menguji teknik Canavero di tikus dan monyet pada akhir tahun ini. Namun, banyak ahli medis profesional yang sangsi atas kesuksesan operasi ini, dan menyatakan bahwa operasi itu aneh dan tidak mungkin. (Lutfi Fauziah/IFL Science)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com