Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Genetika Indonesia Bisa Rekayasa Sapi 200 Kg Jadi 750 Kg

Kompas.com - 22/08/2015, 20:27 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

SORONG, KOMPAS.com - Sejumlah lembaga riset di Indonesia telah mampu melakukan rekayasa genetik untuk meningkatkan produktivitas sapi. Bobot sapi yang semula hanya 200 kg dapat dikembangkan hingga berbobot 750 kg.

Demikian diutarakan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, saat meresmikan pembangunan kampus Fakultas Kedokteran, Universitas Papua, Sabtu (22/8/2015).

Terbersit di benaknya untuk menjadikan Sorong sebagai lumbung daging di Papua saat melihat sapi-sapi Sorong yang gemuk di sepanjang perjalanan.

"Sapinya besar-besar, itu kalau diukur bobotnya bisa 200 kilogram per ekor. Ini bisa mendukung swasembada daging di Papua," kata Nasir.

Menurut dia, produktivitas sapi di Sorong dapat ditingkatkan melalui rekayasa genetika. Ahli-ahli di Indonesia sudah memiliki kemampuan tersebut.

"Tinggal sediakan beberapa ratus sapi nanti kita akan bantu untuk rekayasa genetika," kata Nasir.

Ia berharap, Universitas Papua dapat mengambil peranan dalam upaya peningkatan produktivitas sapi di Papua. 

"Mari kita penuhi kebutuhan daging di Papua dengan kerja keras kita sendiri. Kita jadikan Sorong lumbung daging Papua," ujar Nasir.

Universitas Papua di Papua Barat tengah dikembangkan menjadi universitas unggulan di Indonesia Timur. Universitas itu kini memiliki dua fakultas baru, Teknik Pertambangan dan Kedokteran. Lokasi kampusnya tersebar di tiga wilayah yaitu Manokwari, Sorong, dan Raja Ampat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com