Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Terobosan untuk Capai Target Pemakaian Energi Terbarukan

Kompas.com - 13/08/2015, 18:23 WIB
KOMPAS.com - Terobosan diperlukan untuk mendorong pemakaian energi baru terbarukan. Tanpa langkah apapun, target bauran energi terbarukan sebanyak 23 persen pada tahun 2025 seperti yang telah direncanakan tidak akan tercapai.

"Sekarang bauran energi baru terbarukan hanya 6 persen. Dengan 10 tahun terakhir progress kita hanya 3 persen, kalau business as usual, tahun 2025 hanya akan menjadi 9 persen," ungkap William Sabandar, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dalam diskusi terbatas dengan wartawan pada Kamis (13/8/2015).

Sabandar mengatakan, terobosan kebijakan yang diperlukan antara lain pemberian subsidi. Subsidi seharusnya diprioritaskan untuk energi baru terbarukan, bukan bahan bakar minyak.

Terobosan lain yang diperlukan adalah pendanaan. Walaupun bersih dan punya tujuan jangka panjang, energi baru terbarukan bukan tidak murah. "Perlu skema pendanaan inovatif," kata Sabandar.

Pemerintah sebenarnya punya sejumlah skema pendanaan untuk daerah. Namun, dengan rancangan di pusat, alokasi pendanaan kadang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.

Untuk mendorong peningkatan pemakaian energi baru terbarukan, Sabandar mengatakan, "Yang harus didorong sekarang adalah rencana umum daerah dalam bidang energi." Selain itu, skema pendanaan perlu pula membuka peluang bagi keterlibatan sektor swasta.

Energi baru terbarukan kini dilirik oleh banyak negara dunia. Arab Saudi dengan cadangan minyak yang tak akan habis dalam 200 tahun juga telah berinvestasi pada energi baru terbarukan.

Perkembangan energi baru terbarukan di Indonesia sendiri sangat lambat. Selalu dikeluhkan tentang mahalnya energi terbarukan dibanding energi fosil dan inefektifitasnya. Namun, riset untuk meningkatkan efektifitas energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan energi belum menjadi prioritas.

Indonesia menjadikan riset energi baru terbarukan sebagai prioritas. Bukan cuma untuk meningkatkan efektivitas energi terbarukan tetapi juga menciptakan teknologi yang mendukung. "Kalau impor akan lebih mahal. Sudah saatnya Indonesia punya ahli-ahli yang hebat," kata Sabandar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com