Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan Agustus dan September Patut Diwaspadai

Kompas.com - 22/07/2015, 02:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan, termasuk daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, berpotensi mengalami kekeringan pada Agustus dan September. Karena itu, pemerintah terus mewaspadai ancaman kebakaran lahan selama periode kering tersebut, terutama di kawasan gambut.

"Ini memang karena sedang dalam puncak musim kemarau," kata Kepala Subbidang Analisa dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan dari Bandar Lampung, Lampung, saat dihubungi pada Selasa (21/7).

Menurut dia, seberapa besar pengaruh El Nino pada potensi kekeringan di Sumatera dan Kalimantan belum terlihat sehingga untuk saat ini peluang dampak merupakan akumulasi pengaruh puncak musim kemarau ataupun fenomena El Nino.

Kondisi kurang hujan di Sumatera dan Kalimantan sudah terlihat pada sepuluh hari pertama bulan ini. Wilayah Sumatera, yaitu area Riau ke selatan, hanya menerima curah hujan di bawah 10 milimeter per dasarian (10 hari) saat itu. Sebagian besar wilayah Kalimantan juga mengalami kondisi serupa. BMKG juga sudah memprakirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menghadapi kondisi kurang hujan pada Agustus dan September.

Suatu wilayah dikatakan kekurangan curah hujan pada bulan tertentu jika jumlah curah hujan di bawah 150 milimeter per bulan. Jumlah itu diasumsikan setimbang dengan air yang menguap selama sebulan.

Untuk Agustus, di wilayah Sumatera, BMKG memprediksi area Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung hanya menerima curah hujan kurang dari 150 mm per bulan dengan peluang bervariasi, antara 50 persen sampai lebih dari 90 persen. Kondisi tersebut berlanjut pada September, kecuali di area Jambi yang diprediksi mengalami penurunan peluang mendapat curah hujan kurang dari 150 mm per bulan, menjadi hanya 10-40 persen.

Sementara itu peluang curah hujan kurang dari 150 mm per bulan di daerah Riau diperkirakan konstan rendah selama Agustus dan September, yakni 10 persen-40 persen.

Kalimantan

Di Kalimantan, curah hujan kurang dari 150 milimeter pada Agustus berpeluang sebesar lebih dari 90 persen terjadi di hampir seluruh Kalimantan Selatan, di Kalimantan Timur bagian selatan, Kalimantan Tengah bagian selatan, serta Kalimantan Barat bagian selatan. Pada September, area yang berpeluang besar menerima curah hujan kurang dari 150 mm per bulan meluas.

Peluang kekeringan selama Agustus dan September di Sumatera dan Kalimantan diperkirakan tak separah yang bakal terjadi di Pulau Jawa. Namun, kondisi yang menjadi ancaman adalah keberadaan lahan gambut. Lahan gambut yang terbakar sangat sulit dipadamkan, apalagi dalam musim kemarau. Ini lantaran gambut terbentuk dari materi organik kaya karbon.

Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, penanganan kebakaran hutan dan lahan difokuskan di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, serta seluruh provinsi di Kalimantan. Berdasarkan pola titik panas 2006-2014, jumlah titik panas akan terus meningkat hingga bulan Oktober di Sumatera dan Kalimantan. Kemunculan titik panas mencapai puncaknya selama Agustus-September.

Salah satu program penanganan kebakaran hutan dan lahan adalah operasi hujan buatan. Saat ini, hujan buatan dilaksanakan di Riau dan Sumatera Selatan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo mengatakan, tim sedang menunggu tambahan pesawat untuk memperluas operasi ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Pesawat digunakan mengangkut garam guna ditaburkan ke awan sehingga mempercepat proses pembentukan hujan.

Heru mengkhawatirkan kondisi Kalimantan sebab, dari data historis titik panas, Kalimantan mengalami peningkatan jumlah titik panas mulai Agustus. "Dengan demikian, hujan buatan di Kalimantan idealnya dimulai bulan ini agar peluang hujan masih ada," ujarnya.

Hingga Minggu (19/7), tim hujan buatan di Sumatera Selatan sudah menjalankan operasi sebanyak 12 penerbangan dengan menaburkan 12 ton garam. Pada Senin (20/7), tim tidak beroperasi karena mesin pesawat Casa 212-200 yang dipinjam dari Pelita Air Service sedang butuh perbaikan. Dalam catatan hingga Sabtu (18/7), titik panas belum muncul.

Di Riau, tim selama beberapa hari terakhir tidak terbang, menunggu perawatan pesawat selesai. Secara umum, kondisi perawanan semakin baik dan layak untuk disemai. Pada hari Minggu, misalnya, awan yang berpotensi untuk disemai terlihat di sebelah timur, tenggara, dan selatan Pekanbaru. Sebelumnya, tim kesulitan mendapatkan awan bagus, salah satunya akibat kemunculan tiga topan sekaligus di Samudra Pasifik yang menarik banyak massa udara. (J Galuh Bimantara)

________________________

Berita ini juga ditayangkan di Kompas Siang edisi Selasa, 21 Juli 2015. Berikut tautannya: Kekeringan Agustus dan September Patut Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com