Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

El Nino Menguat akibat Anomali Angin

Kompas.com - 22/07/2015, 01:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Fenomena El Nino hingga sekarang masih dalam taraf moderat, tetapi skala kekuatannya kembali meningkat pekan ini. Salah satu pemicu utama peningkatan tersebut adalah keberadaan anomali embusan angin baratan yang sangat kuat di Pasifik Barat.

Angin dari barat ke timur itu disebut anomali, karena pada kondisi normal, angin di area khatulistiwa Pasifik bertiup dari timur ke barat sebagai dampak dari gaya coriolis, yang disebut sebagai angin pasat timur. "Adanya WWB (westerly wind burst/angin baratan yang kuat) saat ini mendukung penguatan intensitas El Nino," kata Kepala Sub Bidang Analisa dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan dari Bandar Lampung, Lampung, dihubungi pada Senin (20/7).

Ardhasena menambahkan, sebelum bulan ini terjadi dua episode angin baratan kuat pada tengah Maret dan Mei. Angin baratan mendorong pergerakan kolam hangat Samudra Pasifik lebih jauh ke timur, sehingga memicu peningkatan suhu hangat pada muka laut di Pasifik tengah dan timur. Kondisi itu pun bakal meningkatkan indeks El Nino.

El Nino merupakan fenomena peningkatan suhu muka laut di Samudra Pasifik, yakni sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur, akibat sistem interaksi laut dan atmosfer. Dampak dari kondisi itu bagi Indonesia adalah kekeringan panjang jika bertepatan dengan musim kemarau, seperti diprediksi tahun ini.

Indeks NINO3.4 pekan ini bernilai 1,6 derajat celsius, yang berarti suhu muka laut di Pasifik rata-rata lebih hangat 1,6 derajat celsius dibandingkan normal (berdasar periode acuan 1961-1990). Dua pekan sebelumnya, indeks NINO3.4 menunjukkan angka 1,3 derajat celsius, kemudian naik menjadi 1,5 derajat celsius pada pekan lalu. Namun, kekuatan El Nino masih dalam taraf moderat karena belum melewati nilai indeks 2 derajat celsius.

Terkait anomali angin baratan yang kuat di Pasifik, Ardhasena mengatakan, peneliti dunia masih mengkaji faktor penyebab awal mula kejadian anomali itu pada tahun tertentu. Namun, setelah terjadi, akan berlangsung mekanisme umpan balik Bjerknes antara laut dan atmosfer yang akhirnya memicu angin baratan kuat muncul lagi.

Seiring angin baratan, suhu muka laut hangat bergeser ke Pasifik timur sehingga tekanan udara di timur lebih rendah. Akibatnya, angin kuat kembali berembus dari barat ke timur dan proses tersebut terus berulang.

Meskipun tren intensitas El Nino menguat, Ardhasena belum memprediksi kekuatan El Nino akan melewati batas moderat dan mencapai taraf kuat. "Perlu dimantapkan pengamatan beberapa hari," ujarnya.

Antisipasi siap

Haris Syahbuddin, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian menuturkan, pemerintah sudah menyiapkan antisipasi dampak El Nino sejak ada informasi potensi El Nino lemah. "Bahkan, pendanaan antisipasi disiapkan," ucapnya.

Anggaran itu untuk penyediaan pompa, benih, dan pupuk untuk daerah pertanian yang akan masuk musim tanam lagi. Haris mengatakan, 30.215 pompa sudah didistribusikan, terutama di wilayah pertanian yang sudah tertanami agar tak gagal panen.

Langkah antisipasi tak terlalu berbeda terhadap El Nino moderat atau kuat. Hal yang membedakan adalah percepatan distribusi bantuan.

Seiring El Nino, BMKG memprediksi wilayah Indonesia, terutama selatan khatulistiwa akan kekeringan panjang akibat awal musim hujan terlambat. Di Jawa, misalnya, musim hujan normal rata-rata berawal Oktober-November, tahun ini kemungkinan November-Desember.

Namun, Haris mengingatkan, tak seluruh wilayah bakal terdampak El Nino. "Lampung mulai hujan. Aceh malah sempat banjir," tuturnya. (JOG)

______________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juli 2015, di halaman 13 dengan judul "El Nino Menguat akibat Anomali Angin".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com