Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novtatama, Polo Panitia Hari Kiamat, dan Demam Narsis Sambil Menyiksa Satwa

Kompas.com - 30/06/2015, 18:03 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Narsis di media sosial kini bukan hanya dalam bentuk pamer foto dengan dandanan keren atau dengan latar tempat wisata yang sedang dikunjungi. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sebagian orang narsis memaerkan satwa yang disiksanya.

Posting terkait penyiksaan satwa yang paling heboh antara lain dari Danang Sutowijoyo pada 28 Februari 2014 lalu. Dia mengunggah foto kucing yang ditembaknya dalam kondisi masih berdarah-darah.

Bersama posting foto-foto kucing, Danang menulis, "Anak kucing ini meregang nyawa di ujung laras Sharp TIGER baru saya. Kucing naas ini menjadi korban keganasan proyektil kaliber 4,5 mm yang dilesatkan senapan baru saya."

"Kucing ini saya tembak dari jarak sekitar 20 meter dengan kekuatan 12 kali pompaan. Hasilnya, peluru menembus bagian rahang kucing dan melaju terus hingga keluar dari wajah kucing. Kucing sempat mengalami kejang-kejang dan akhirnya mati 2 menit kemudian. 1 shot 1 kill. Hahahaha."

Tindakan Danang menuai kecaman. Dia dilaporkan oleh ke polisi oleh Animakl Defenders Indonesia dengan Pasal 302 ayat 2 KUHP tentang penyiksaan binatang. Dampak terburuk, Danang kehilangan pekerjaannya.

Facebook Akun Manullang Adisutomo mengunggah foto sejumlah warga di desa Sibide, Tobasa, Sumatera Utara sedang berpose bersama harimau Sumatera yang dijerat dan disiksa.

Terulang

Setelah kasus Danang, sejumlah kasus penyiksaan hewan kembali terulang. Februari 2015 lalu, sekelompok warga desa Sibide, Kecamatan Silaen, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, menjerat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

Manullang Adisutomo mengunggah potret beberapa warga yang berfoto dengan harimau. Ada yang menunggangginya, ada yang yang memeluk kepalanya. Sementara, si harimau tak berdaya. Bercak darah terdapat di sampin g tubuhnya.

Minggu lalu, pemilik akun Facebook Polo Panitia Hari Kiamat mengunggah foto orangutan yang dibunuh dan dibakar. Bersama foto itu, dia mengatakan, "Dimasak gawe buka puasa" dan "Yoo dimasak bumbu kecap seger."

Belakangan, sang pengunggah mengaku bahwa bukan dia yang memburu dan membunuh orangutan. Polo Panitia Hari Kiamat hanya berperan mengunggah. Sementara, berdasarkan penyidikan Kepolisian Resor Kotawaringin Barat, oknum yang membakar berinisial DBU.

Senin (29/6/2015) kemarin, Novtamaputra yang calon pegawai negeri sipil mengunggah foto dirinya bersama bekantan, salah satu hewan yang masuk kategori terancam punah di Indonesia. Bersama fotonya, dia mengatakan, "Hasil berburu..."

Beberapa saat setelah mengunggah, Novatamaputra meminta maaf. "Untuk semua orang saya mohon maaf karena telah mengupload foto ini," katanya lewat Instagram. "Saya sangat minta maaf karena di foto ini saya tulis 'hasil berburu', tapi sebenarnya bukan saya yang berburu."

Facebook Posting

Minta Maaf dan Selesai?

Dalam semua kasus penyiksaan dan pengunggahan proses penyiksaan ke media sosial, pelaku selalu minta maaf. Tapi, apakah minta maaf itu menyelesaikan masalah sementara sejumlah satwa yang disika termasuk dilindungi?

Dalam kasus harimau Sumatera misalnya, populasi harimau itu terus berkurang akibat degradasi hutan di Sumatera. Demikian juga dengan bekantan. Populasi bekantan saat ini kurang dari 25.000 di seluruh dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com