Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Kapan Kacamata dan Lensa Kontak Diciptakan?

Kompas.com - 22/06/2015, 10:44 WIB


KOMPAS.com — Penemuan kacamata untuk membantu orang yang mengalami masalah penglihatan adalah salah satu temuan penting dalam peradaban manusia.
 
Menurut catatan di buku The Book of Origin, kacamata sederhana berupa lensa tunggal sudah digunakan sejak tahun 37 Masehi. Penemuan kacamata tidak lepas dari teori cahaya yang menjelaskan bagaimana mata manusia bisa melihat benda-benda di sekitarnya. 

Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham atau Alhazen, seorang matematikawan genius yang lahir dan besar di Basra, Irak, ialah ilmuwan yang pertama kali membuktikan bahwa proses melihat oleh mata seseorang dihasilkan dari adanya cahaya dari suatu benda yang datang dan menembus mata.

Sebelumnya, para ilmuwan masih menduga-duga bagaimana proses melihat oleh mata manusia, yakni mata mengeluarkan sinar tak terlihat untuk mendeteksi suatu obyek.

Penemuan oleh Alhazen tersebut mengantarkan pada penemuan-penemuan lain seputar dunia optik.

Para kestaria Romawi Nero, pada tahun 37-68 Masehi, terbiasa melihat melalui batu zamrud yang lebih dulu dipoles dan dibentuk seperti lensa sehingga berfungsi sebagai kaca pembesar.

Salvino d’Armato, seorang pria berkebangsaan Italia yang lahir pada 1268, kemudian mengembangkan penggunaan lensa tersebut sebagai kacamata sederhana. Dua lensanya harus dipegang jika ingin digunakan.

Gagang kacamata baru diciptakan pada abad ke-18. Kala itu, seorang ahli kacamata Inggris bernama Edward Scarlett menciptakan ujung lengkung pada gagang kacamata untuk kemudian diselipkan di atas telinga.

Sementara itu, lensa kontak mulai dikembangkan pada abad ke-15. Tahun 1508 silam, Leonardo da Vinci pernah menggambar sketsa dari beragam bentuk lensa kontak. Seorang filsuf asal Perancis, Rene Descartes (1596-1650), pernah berupaya membuat lensa kontak dari hasil sketsanya.

Namun, penggunaan lensa kontak pertama baru benar-benar dikenalkan ke masyarakat luas pada 1936 oleh William Feinbloom, seorang optometris New York. (Difa Restiasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com