"Ada rekahan di bagian atap Candi Kalasan akibat beberapa gempa bumi yang melanda Yogyakarta," kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Tri Hartono, Kamis (28/5/2015), di Sleman.
Candi Kalasan terletak di Dusun Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, tidak jauh dari Jalan Yogyakarta-Solo. Candi tersebut didirikan pada 778 Masehi oleh penganut agama Buddha. Menurut data BPCB Yogyakarta, candi itu memiliki tinggi 34 meter, panjang 45 meter, dan lebar 45 meter.
Air hujan yang masuk ke sela-sela batuan candi menyebabkan penggaraman yang mengakibatkan pelapukan di sejumlah batu di Candi Kalasan. Penggaraman terjadi karena ada unsur kapur pada batu-batu candi.
"Pemugaran Candi Kalasan pada masa Pemerintah Hindia Belanda menggunakan semen sebagai bahan perekat batuan. Nah, semen itu kan mengandung kapur. Sementara jika kapur terkena air, akan terjadi penggaraman," katanya. Dia menambahkan, penggaraman tersebut menyebabkan batu-batu di Candi Kalasan mengelupas sehingga berpotensi dapat merusak relief di tempat itu.
Air meresap
Menurut Tri, meresapnya air dari bagian bawah candi karena permukaan tanah tempat Candi Kalasan berdiri saat ini lebih rendah dibandingkan dengan wilayah sekitar. "Tinggi genangan air bisa mencapai 50 sentimeter," ujarnya. Air dari dalam tanah kemudian meresap ke bangunan candi yang sebagian terkubur di dalam tanah. Hal tersebut membuat batuan candi lembab dan mudah ditumbuhi mikroorganisme, misalnya lumut, ganggang, dan jamur yang menyebabkan pelapukan batuan candi.
Tri menyatakan, BPCB Yogyakarta kemungkinan membuat saluran air di sekitar Candi Kalasan agar genangan tak lagi muncul. Selain itu, BPCB Yogyakarta berencana membuat atap pelindung. "Itu masih rencana. Kami sedang mengkaji untuk mencari solusi," katanya.
Petugas Bagian Pemeliharaan BPCB Yogyakarta, Andriyani Wardaningsih, mengatakan, pihaknya sedang memetakan pelapukan di Candi Kalasan. Pemetaan itu sejak pertengahan April 2015 dan direncanakan selesai pertengahan Juni mendatang. "Pemetaan di semua sisi candi, termasuk di bilik-bilik yang ada," ujarnya. (HRS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.