Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2015, 12:10 WIB


Ketika perasa pada lidah berada jauh di atas awan, indera perasa yang normal sirna. Katia Moskvitch mencari tahu mengapa hal ini bisa terjadi, dan bagaimana maskapai penerbangan berusaha mencari cara-cara untuk mengembalikan nafsu makan kita.

Bila Anda berpikir bahwa perusahaan-perusahaan katering pesawat terbang menyajikan makanan yang hambar atau tidak membangkitkan nafsu, bukan berarti itu kesalahan perusahaan katering.

Pada dasarnya, indera perasa hilang begitu Anda meninggalkan pintu keberangkatan. Lalu bila Anda menumpang pesawat dengan ketinggian ribuan kaki, dan rasa makanan mulai dari pasta hingga minuman anggur dimanipulasi dengan berbagai cara. Hal ini baru mulai bisa dimengerti.

Kuncup lidah dan indera pencium merupakah dua hal pertama yang hilang pada ketinggian 30.000 kaki. Demikian dikatakan Russ Brown, direktur In-Flight Dining & Retail at American Airlines.

"Rasa adalah kombinasi keduanya, dan persepsi kita tentang rasa asin dan manis turun ketika berada di ruang bertekanan udara," katanya.

Semuanya yang dialami dalam penerbangan ternyata mempengaruhi rasa makanan.

"Makanan dan minuman benar-benar berasa berbeda di udara bila dibandingkan ketika di darat," kata Charles Spence, profesor psikologi eksperimental di Universitas Oxford.
"Ada beberapa alasan: kelembaban berkurang, tekanan udara rendah, dan latar belakang suara bising," ujar dia.

Ketika kita menginjakkan kaki di pesawat, atmosfer di dalam pesawat pertama kali mempengaruhi indera perasa. Kemudian, ketika pesawat menjelajah lebih tinggi, tekanan udara turun sementara tingkat kelembaban di kabin berkurang tajam. Pada ketinggian 30.000 kaki, kelembaban kurang dari 12 persen - lebih kering dibandingkan sebagian besar gurun pasir.

Kombinasi antara kondisi kering dan tekanan rendah menurunkan sensitivitas kuncup lidah untuk makanan manis dan makanan asin sekitar 30 persen. Itulah hasil penelitian Institut Fraunhofer untuk Fisika Pembangunan di Jerman, yang dipesan oleh maskapai penerbangan Lufthansa.

Guna menyelidiki hal itu, peneliti menggunakan laboratorium khusus yang dapat mengurangi tekanan udara dengan cara simulasi terbang pada ketinggian 35.000 kaki (10.600 km), menyedot kelembaban udara dan simulasi suara mesin.

Bahkan laboratorium khusus dapat membuat tempat duduk bergetar sebagai upaya meniru pengalaman mengonsumsi hidangan dalam penerbangan.

Menariknya, penelitian menunjukkan rasa manis dan asin saja yang hilang. Masam, pahit dan rasa berempah hampir tidak berubah. Akan tetapi hal ini tidak hanya menyangkut kuncup lidah. Sampai dengan 80 persen apa yang dikira rasa, ternyata bau.

Kita memerlukan lendir hidung menguap untuk bisa mencium, tetapi di kabin dengan udara kering reseptor pembau kita tidak berfungsi normal dan hal itu membuat cita rasa makanan dua kali hambar.

Oleh karena itu maskapai penerbangan harus menambah jumlah garam dan bumbu, lebih banyak dibandingkan volume yang digunakan di restoran.

"Kunci membuat makanan terasa sedap di udara adalah dengan membubuhkan penyedap yang cukup,” kata Russ Brown dari maskapai American Airlines.

"Seringkali resep dimodifikasi dengan menambahkan garam dan penyedap agar tercipta atmosfir makan di kabin pesawat," ujarnya.

Gerry McLoughlin, juru masak eksekutif di maskapai penerbangan saingan, United, mengatakan ia harus menggunakan "cita rasa hidup dan rempah-rempah" untuk membuat makanan di pesawat berasa "lebih mantap". 

Ia dan rekan-rekan juru masak terus menerus mendengar suara mesin pesawat.

Walaupun mungkin Anda berpikir bahwa rasa dipengaruhi oleh hidung dan mulut, psikolog menemukan bahwa telinga juga dapat berperan. Lebih lanjut, Anda dapat melihat video dan mencoba pengalaman merasakan makanan.

Sebuah studi menemukan bahwa orang yang sedang makan dengan latar belakang sangat bising mengatakan makanan yang mereka kecap kurang asin dan kurang manis.
Ini berbeda dengan mereka yang makan dengan suara hening.

Hal lain: bagi mereka yang dikelilingi suara, makanan secara mengejutkan tampak lebih renyah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com