KOMPAS.com — Astronot Amerika Serikat Scott Kelly dan kosmonot Rusia Mikhail Kornienko memulai tugas mereka selama 12 bulan di Stasiun Antariksa Internasional.
Mereka resmi meluncur dari Baikonur, Kazakhstan, ke Stasiun Antariksa Internasional pada Jumat (27/3/2015) waktu setempat atau Sabtu (28/3/2015) WIB.
Ini akan menjadi misi mengorbit Bumi terlama pada ketinggian 400 km. Ilmuwan berharap, setelah misi tersebut selesai, mereka dapat memahami dampak dari hidup di luar angkasa dengan gravitasi nol pada tubuh manusia dalam kurun waktu yang lama.
Badan Antariksa AS (NASA) menyatakan, data yang berhasil didapatkan akan sangat berharga untuk melancarkan misi ke Mars.
Turut bergabung bersama mereka adalah kosmonot Gennady Padalka. Namun, Padalka hanya akan bertugas selama enam bulan.
Dampak pada tubuh
Pengetahuan tentang bagaimana mengurangi beberapa efek buruk dari tinggal di daerah dengan gravitasi nol berkembang seiring dengan waktu. Besar harapan, Kelly dan Kornienko akan kembali dalam kondisi yang lebih baik daripada astronot terdahulu.
Nutrisi dan program olahraga teratur telah disiapkan untuk mencegah tulang keropos dan melemah yang dialami astronot-astronot sebelumnya.
Namun, ada masalah lain yang masih perlu dipelajari dan dipahami oleh para dokter. Tinggal di luar angkasa diduga berdampak pada fungsi kekebalan tubuh lainnya, seperti adanya kekhawatiran yang cukup besar mengenai kerusakan pada mata.
Ini adalah fenomena yang baru diakui dan tampaknya terkait dengan cara cairan didistribusikan dalam tubuh yang ringan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.