Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Nyok Kite Kubur Lapangan Bola Stadion Utama Senayan!"

Kompas.com - 26/03/2015, 16:44 WIB

KOMPAS.com — Tak terkendali dengan baik, sampah di Jakarta bisa menjadi ancaman bagi warga pada tahun-tahun mendatang. Bahkan, kata Vice President Support Service PT Pacific Place Jakarta Ishak A Muin, dalam sehari, produksi sampah di Jakarta bisa mengubur lapangan sepak bola di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang letaknya di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Meminjam istilah orang Betawi, andai sejak dini warga Ibu Kota tak bijak mengelola sampah, "Nyok kite kubur lapangan bola Stadion Utama Senayan!"

Ishak di hadapan para ibu kader Bank Sampah RW (Rukun Warga) 02 dan RW 03 Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa Jakarta memproduksi sampah per hari mencapai 6.500 ton. Angka itu, imbuh Ishak, setara dengan 28.000 meter kubik. "Sampah sebanyak itu bisa mengubur lapangan sepak bola SUGBK setinggi satu meter," tutur pria berkacamata itu.

Lebih lanjut, Ishak menjelaskan, pihaknya sejak enam bulan silam menjalin kerja sama dengan para kader tersebut. Beranggotakan kaum ibu, kelompok tersebut memang tinggal di kawasan Kelurahan Senayan, amat dekat dengan lokasi Mal Pacific Place. Kerja sama itu menggandeng pula Yayasan Rumah Pelangi sebagai pendamping kegiatan. "Kami mendampingi para kader," kata Hilal, seorang pendamping dari Yayasan Pelangi.

Ishak mengatakan, pihaknya memang memasang target kerja sama enam bulan. Alasannya, selepas masa kerja sama dan pendampingan, para kader bisa mandiri mengelola sampah daur ulang. "Harapan kami, ibu-ibu kader juga bisa menularkan kebiasaan baik ini ke lebih banyak orang," ujar Ishak.

Bank sampah

Primus Mardiyana, Ketua Kader Bank Sampah RW 02 dan RW 03 Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sementara itu, menurut Mardiyana, Ketua Kader Bank Sampah RW 02 dan RW 03 Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ide mengumpulkan sampah daur ulang terwujud pada November 2013. Kala itu, dia baru bisa mengumpulkan sekitar delapan orang ibu rumah tangga. "Dua minggu sekali kami mengumpulkan sampah daur ulang untuk dijual kepada pengepul," katanya.

Rata-rata hingga kini, dalam satu kali pengumpulan sampah, bisa terjual sekitar 15 kilogram sampah daur ulang, semisal botol plastik, kertas koran, plastik kresek, dan sebagainya. "Uang yang kami dapat sekitar Rp 200.000," ujar Mardiyana.

Nantinya, uang hasil penjualan itu, kata Mardiyana, bisa digunakan untuk berbagai kegiatan maupun untuk menambah modal pengumpulan sampah pada tahap berikutnya. Para kader juga mulai mengembangkan pembuatan produk-produk kerajinan dari bahan daur ulang tersebut. "Cuma memang produksi tersebut belum maksimal kami garap," tambah Hilal.

Pada kesempatan itu, menurut Camat Kebayoran Baru Edy Suherman, di wilayahnya ada 70 RW. Dari jumlah itu, 26 RW di antaranya terbilang padat. Kawasan seperti itu, kata Edy, memerlukan pengelolaan sampah yang baik. "Masih dibutuhkan bank sampah lebih banyak lagi," tuturnya seraya menambahkan rerata satu hari, produksi sampah di Kecamatan Kebayoran Baru mencapai 150 ton.

Josephus Primus Produk tas dari bahan sampah plastik karya kader Bank Sampah RW 02 dan RW 03 Kelurahan Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com