Sejarah Kelam Kehancuran Tata Surya akibat Ulah Jupiter Terungkap

Kompas.com - 25/03/2015, 11:49 WIB

KOMPAS.com — Jika bukan karena ulah Jupiter, Bumi— yang memiliki atmosfer tipis dan terletak pada jarak yang pas sehingga bisa mendukung kehidupan—mungkin takkan pernah ada.

Gregory Laughlin, profesor astronomi dan astrofisika dari University of California di Santa Cruz, dalam publikasinya di Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkapkan betapa kelahiran Jupiter telah mengubah Tata Surya.

Laughlin dan rekannya, Konstantin Batygin, melakukan simulasi komputer untuk melihat pengaruh kehadiran Jupiter pada Tata Surya sesuai hipotesis Grand Tack yang diajukan oleh astronom KJ Walsh pada tahun 2011.

Berdasarkan hipotesis itu, setelah lahir, Jupiter bergerak ke bagian dalam Tata Surya, mencapai jarak 224 juta km dari Matahari, sebelum kembali lagi ke jarak 773 juta km setelah kehadiran Saturnus.

Dalam simulasi dan perhitungan rumit yang dilakukan, Laughlin dan Batygin melihat pengaruh migrasi Jupiter ke bagian dalam Tata Surya terhadap planet-planet batuan yang sudah mendiami wilayah tersebut.

Terungkap, kehadiran Jupiter mengobrak-abrik wilayah dalam Tata Surya. Planet batuan berukuran lebih besar dari Bumi, disebut Bumi Super, mengalami ketidakseimbangan orbit, saling overlap, hingga saling tabrakan dan akhirnya hancur berkeping-keping.

Kelahiran Saturnus kemudian membuat Jupiter kembali ke posisinya. Pembentukan planet batuan terjadi lagi dengan modal kepingan-kepingan yang tersisa dari peristiwa tabrakan sebelumnya.

Hasil penelitian itu konsisten dengan umur Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars yang lebih muda dibanding planet-planet di bagian luar Tata Surya. Dengan material lebih sedikit, planet-planet di dalam Tata Surya juga punya massa lebih kecil.

Adanya dua planet gas raksasa, seperti Jupiter dan Saturnus, menjadikan Tata Surya unik. Sistem keplanetan lain yang ditemukan ilmuwan umumnya memiliki bumi super yang terletak sangat dekat dengan Tata Surya.

Dengan hasil penelitian itu, Laughlin, seperti dalam rilis University of California di Santa Cruz, Senin (23/3/2015), mengatakan, "Salah satu prediksi dari teori kami, planet yang benar-benar menyerupai Bumi adalah sesuatu yang langka."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau