100 Hari Siti Nurbaya, Masalah Lingkungan Hidup Masih Terlupakan

Kompas.com - 03/02/2015, 17:28 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) perlu menaruh perhatian lebih besar pada isu lingkungan hidup yang lebih luas, bukan hanya kehutanan. Masalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pencemaran, dan lainnya menanti penyelesaian.

Hal itu mengemukan dalam dialog Refleksi Kerja 100 Hari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertema "Semangat Baru Konservasi dalam Eksploitasi Sumber Daya Alam Indonesia" yang digelar Selasa (3/2/2014) di Jakarta.

Chalid Muhammad dari Institut Hijau Indonesia mengatakan, dalam 100 hari kerja, Siti Nurbaya Bakar yang menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah punya beberapa pencapaian.

Ia mengatakan, Siti telah membangun budaya kerja baru, membuka peluang pendekatan strategis untuk menyelesaikan beragam masalah lingkungan, serta membangun task force untuk menyelesaikan konflik.

Namun demikian, Chalid juga mengkritisi KLHK yang masih fokus pada masalah kehutanan saja. Padahal, dengan nama barunya, kementerian yang dipimpin Siti itu juga bertgas menyelesaikan masalah lingkungan hidup. "Isu coklantya belum terlihat," kata Chalid.

"Isu coklat" mencakup masalah lingkungan hidup seperti pencemaran, limbah bahan berbahaya dan beracun, pemberian izin lingkungan, dan analisis mengenai dampak lingkungan. Dikenal pula "isu hijau" yang mencakup hutan, gambut, dan lainnya.

Chalid mengungkapkan, "Soal pencemaran itu perlu jadi perhatian. Penggunaan merkuri secara ilegal itu mencapai ratusan ton. Pencemaran sungai oleh limbah industri dan pencematan akibat industri pertambangan perlu dilihat."

Menurut Chalid, KLHK perlu membuat satgas khusus di internal KLHK untuk menyelesaikan masalah lingkungan hidup di luar kehutanan. "Supaya sebelum strukturnya sefinitif bisa bergerak cepat menyelesaikan," papar Chalid.

Anggota DPR RI Komisi 7, Satya Widyayuda, mengungkapkan, perhatian di luar sektor kehutanan penting dalam pengurangan emisi karbon. Emisi dari sektor energi mencapai 30 persen. "Jadi konsentrasinya jangan hutan terus," cetusnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau