Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cadar" Tersingkap, Wajah Komet 67P C/G Terungkap

Kompas.com - 25/01/2015, 19:32 WIB

KOMPAS.com - Tujuh makalah ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Science pada Jumat (23/1/2015) membuka "cadar" 67P Churyumov/Gerasimenko, sebuah komet asal Awan Oort yang kini tengah bergerak mendekati Matahari.

Makalah menyuguhkan fakta-fakta tentang wajah 67P C/G yang sebelumnya bak tertutup cadar karena keterbatasan kapasitas dan teknologi. Wajah komet dengan bentuk menyerupai bebek itu ternyata bervariasi, berbeda dengan yang diduga selama ini.

Nicolas Thomas dari Switzerland University yang menulis salah satu makalah mengatakan, wajah komet 67P C/G ada yang halus, kasar dan rapuh, terdiri dari material serupa batu, dan ada pula yang berdebu.

"Saya pikir tidak ada satu orang pun yang membayangkan (komet 67P C/G memiliki wajah) seperti itu," kata Thomas seperti dikutip National Geographic News, Kamis (22/1/2015).

Komet 67P C/G adalah komet yang saat ini tengah menjadi target misi Rosetta oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Misi itu melibatkan sepaket wahana, yaitu Rosetta sebagai wahana yang mengorbit komet dan Philae sebagai robot pendarat.

Philae berhasil mendarat di permukaan 67P C/G yang dinamai Agilkia pada 12 November 2014 lalu. Pendaratan tersebut bersejarah sebab merupakan misi pendaratan pertama manusia di komet.

Sayang, karena pendaratan tak mulus, Philae berada di wilayah yang tak terjangkau sinar Matahari. Akibatnya, Philae tak bisa menjalankan misi akibat kehabisan energi. Ilmuwan memprediksi, Philae baru bisa "bangkit" bulan Maret 2015 nanti.

Rosetta sendiri telah berhasil menyuguhkan sejumlah fakta unik tentang 67P C/G. Fakta-fakta baru yang diungkap lewat makalah menunjukkan bahwa walaupun Philae "mati suri", Rosetta tetap bekerja.

Kamera Osiris yang terdapat pada wahana Rosetta mengungkap adanya fitur tebing pada permukaan komet. Fitur itu diduga terbentuk akibat siklus pemanasan dan pendinginan yang cepat akibat sinar Matahari setiap hari komet yang hanya sepanjang 12,4 jam.

Salah satu fitur menarik adalah retakan sepanjang 500 meter di bagian leher komet. Wilayah yang terjal itu disebut "goosebumps". Wilayah itu rapuh dan asal-usulnya belum diketahui.

ESA Fitur Goosembumps pada komet 67P C/G. Tonjolan-tonjolan di permukaan komet rata-rata punya ketinggian 10 meter dan merentang hingga 100 meter. Tonjiolan terdapat pada daerah tebing pada komet.

Fitur lain adalah adanya gua dengan lebar mulut 200 meter dan kedalaman 60 meter. Gua itu diduga terbetuk akibat penguapan es yang terjadi karena 67P C/G bergerak semakin dekat dengan Matahari. Penguapan hingga kini masih berlangsung.

Berdasarkan sejumlah pengamatan, ilmuwan juga menyusun dugaan pembentukan komet yang menyerupai bebek. Bentuk bebek dioduga adalah hasil tabrakan dua obyek jutaan tahun lalu. Kemungkinan lain, 67P C/G dulu bulat tetapi mengalami erosi.

Selain wajah komet bebek, makalah juga mengungkap fakta lain. Komet telah membentuk magnetosfer, pelindung elektromagnetik yang membelokkan aliran partikel bermuatan yang dikirim Matahari.

Terungkap, komet itu juga kaya akan karbon dan memiliki sedikit es yang tersusun atas air. Uap air sebagian besar terbentuk pada bagian "leher" komet. Sementara, atmosfer komet juga ternyata mengandung lebih banyak debu.

Ilmuwan masih akan terus menyelidiki komet 67P C/G. "Kami telah mendapatkan snapshot. Sekarang kami ingin mendapatkan film-nya. Kami ingin melihat komet berevolusi ketika mendekati Matahari sehingga bisa mengetes hipotesis kami," kata Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com