Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberian Indikasi Geografis untuk Produk Hayati Perlu Didorong

Kompas.com - 20/01/2015, 21:19 WIB

KOMPAS.com - Indikasi geografis pada produk keanekaragaman hayati perlu didorong untuk memberikan nilai tambah. Selama ini, keanekaragaman hayati Indonesia banyak dimanfaatkan, termasuk oleh orang asing, namun negeri sendiri tak banyak menerima manfaat.

"Beberapa keanekaragaman hayati Indonesia sangat spesifik. Ini bisa berikan indikasi geografis, dipatenkan, memberikan nilai tambah," kata Teguh Triono, Direktur Program Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati).

Sertifikat indikasi geografis bisa diberikan pada sumber daya alam hayati, hasil pertanian, pengolahan, bahkan hasil kerajinan tangan yang memiliki kekhasan dibandingkan produk dari wilayah lain.

"Sebagai contoh kopi, kopi yang dibudidayakan di Toba berbeda dengan yang di tempat lain sehingga bisa menerima indikasi geografis," ungkap Teguh dalam diskusi "Keanekaragaman Hayati untuk Kesejahteraan Bangsa", Selasa (20/1/2015).

Pemberian sertifikat indikasi geografis bisa mendorong masyarakat menjaga sekaligus membudidayakan keanekaragaman hayati secara maksimal. Di sisi lain, indikasi geografis juga bisa mencegah eksploitasi oleh asing tanpa memberikan manfaat bagi negeri sendiri.

Tahun 2010, terdapat kasus kopi Gayo yang lisensinya dipegang oleh Belanda. Setelah diperjuangkan, akhirnya kopi Gayo bisa memperoleh sertifikat indikasi geografis sehingga manfaat lebih besar dari pembudidayaannya berpeluang dirasakan petani.

Selain kopi Gayo, sertifikat indikasi geografis diantaranya juga diberikan hasil olahan kekayaan hayati Indonesia berupa gula kelapa Kulon Progo. Produk itu menerima sertifikat indikasi geografis pada tahun 2014 lalu.

Saat ini, baru sedikit produk hayati Indonesia yang menerima sertifikat indikasi geografis. "Bisa dilakukan survei untuk mendaftar (kekayaan yang pantas menerima sertifikat indikasi geografis)," kata Teguh.

Sertifikat indikasi geografis hanya salah satu cara untuk mengupayakan perlindungan sekaligus nilai tambah pada keanekaragaman hayati dan produk hasil olahannya. Perlu pula langkah lain.

MS Sembiring, Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, mengungkapkan perlunya kreatifitas dalam pemanfaatan sumber daya alam hayati. Dia mengatakan, air saja bila dikemas menarik bisa mendatangkan keuntungan besar. Sumber daya alam hayati bila diolah berpotensi lebih besar.

"Jadi bagaimana kreatifitas kita dalam mengolah dan mengemas keanekaragaman hayati kita. Ituk itu juga perlu pemahaman soal keanekaragaman hayati itu sendiri," ungkap MS Sembiring.

Untuk membangun pemahaman akan potensi hayati Tanah Air, Sembiring mengatakan perlunya komunikasi tentang keanekaragaman hayati dan potensinya. Media, katanya, memberikan peranan penting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau