Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Penyebab Kecelakaan Pesawat

Kompas.com - 12/01/2015, 14:00 WIB


Oleh: Yuni Ikawati dan J Galuh Bimantara

JAKARTA, KOMPAS - Penemuan lokasi kotak hitam pesawat AirAsia QZ 8501, Sabtu (10/1/2015), oleh tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi memberikan titik terang bagi pengungkapan penyebab jatuhnya pesawat jenis Airbus A320 seri 200 ini di Selat Karimata. Musibah yang terjadi Minggu (28/12/2014) itu telah menewaskan 162 orang di pesawat naas tersebut.

Penyebab kecelakaan pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia ini masih misterius. Hilangnya kontak pesawat yang menempuh rute Surabaya-Singapura ini dengan Pengawas Lalu Lintas Udara (ATC) Bandara Soekarno-Hatta tidak diawali dengan peringatan tanda bahaya dari pilot Kapten Irianto.

Komunikasi terakhir yang diterima ATC adalah permintaan kenaikan ketinggian pesawat dari 32.000 kaki atau 9,6 kilometer menjadi 38.000 kaki atau 11,4 kilometer dari permukaan bumi. Beberapa menit setelah itu pesawat dinyatakan hilang.

Berdasarkan rute yang ditempuh serta saat hilangnya sinyal dan komunikasi itu, pencarian di Selat Karimata dilakukan. Pencarian dilaksanakan dengan mengerahkan kapal yang dilengkapi serangkaian alat detektor, termasuk penangkap sinyal ping untuk mengetahui keberadaan kotak hitam. Kotak itu sesungguhnya berwarna jingga atau kuning menyala untuk memudahkan pencarian.

Sinyal ping akan mulai terpancar dalam periode per detik dari pinger atau beacon locator begitu koneksi kotak hitam terputus dengan pesawat. Baterai dari unit perekam data penerbangan dalam kotak hitam akan segera menggantikan suplai daya untuk kemudian mengaktifkan pinger hingga 30 hari pasca musibah.

Unit pinger yang ditempatkan di bagian tepi unit kotak hitam memancarkan sinyal 37,5 kilohertz. Berdasarkan pancaran gelombang suara itu, hidrofon yang dipasang di kapal akan mendengar tanda-tanda tersebut. Dengan demikian, keberadaan kotak hitam dapat teridentifikasi.

Kotak berukuran sekitar 50 cm x 20 cm x 20 cm itu punya daya tahan tinggi terhadap benturan saat terjadi kecelakaan. Kotak luarnya terbuat dari baja tahan api dan suhu hingga 1.000 derajat celsius. "Selain itu, bisa menahan tekanan hingga 90 G atau 90 kali bobotnya," kata Joko Nugroho, pakar penerbangan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kemampuan sistem itu lima kali dari yang dapat ditanggung manusia. Umumnya manusia akan mengalami hal fatal jika mengalami beban hingga 18 G.

Bagian ekor

Kotak hitam terpasang di bagian ekor pesawat yang merupakan bagian relatif aman dari benturan saat kecelakaan. Ada dua unit perekam yang terpasang, yaitu flight data recorder dan cockpit voice recorder.

Pada kotak hitam itu ada bagian inti, yakni lempeng penyimpan data penerbangan atau memory board yang terlindung begitu rapat. Unit vital itu dilindungi tiga lapis tabung yang terbuat dari baja tahan api.

Menurut Ketua Komisi Nasional Keselamatan Transportasi Tatang Kurniadi, di laboratorium, lempeng memori itu akan dimasukkan ke alat pembaca data. Pada tahap pertama, di layar komputer akan tampil deretan data hasil rekaman selama penerbangan berupa tabel-tabel angka.

Tabel itu menunjukkan beberapa parameter, antara lain kecepatan pesawat dan kerja fungsi-fungsi kendali mekanis di dalamnya, antara lain kendali di sayap dan ekor. Dari tabel itu kemudian dikonversikan menjadi grafik. Kemudian hal itu ditampilkan dalam disimulasi penerbangan. Proses analisis itu memakan waktu relatif lama hingga beberapa bulan.

Titik terang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com