Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia Bintang Bisa Ditebak dari Kecepatan Berputarnya

Kompas.com - 06/01/2015, 22:15 WIB

KOMPAS.com - Beberapa pakar astronomi mengklaim bahwa umur sebuah bintang dapat ditetapkan dari kecepatan berputarnya.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, para ahli mengetahui bahwa perputaran bintang melambat seiring dengan waktu. Namun, penelitian tersebut kurang mendapat sokongan data untuk membuat perhitungan yang tepat.

Untuk pertama kalinya, sebuah tim asal Amerika Serikat mengukur kecepatan gerakan bintang yang berusia lebih dari satu miliar tahun - dan hasilnya tepat seperti prediksi mereka.

Temuan ini menjawab pertanyaan lama dan memungkinkan para astronom memperkirakan usia sebuah bintang hingga 10 persen.

Penelitian ini dipresentasikan pada pertemuan American Astronomical Society di Seattle dan muncul dalam jurnal ilmiah Nature.

Menutup spekulasi

Menetapkan usia bintang adalah pertanyaan penting di bidang astronomi – sama halnya seperti menetapkan usia fosil sangat penting untuk mempelajari evolusi.

Metode ini berlaku untuk “bintang dingin” – bintang yang lebih kecil atau sebesar matahari. Mereka adalah bintang yang paling umum dan bertahan paling lama di galaksi kita.

“Mereka bertindak sebagai lampu, menyinari bahkan bagian tertua dari galaksi kita," kata penulis senior Dr Soren Meibom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.

Bintang dingin juga mengelilingi beberapa planet yang mirip dengan bumi.

Karakteristik sebuah bintang - seperti ukuran, massa, kecerahan dan temperatur – kebanyakan tetap sama selama sebagian besar usianya.

Inilah yang mempersulit perhitungan usia sebuah bintang.

Solusi yang menggunakan kecepatan berputar sebagai perhitungan usia bintang pertama kali diusulkan pada tahun 1970-an dan baru diberi istilah “gyrochronology” pada 2003.

"Sebuah bintang yang dingin berputar sangat cepat ketika masih muda. Namun, seperti gasing, lama-lama gerakannya melambat,” kata Dr Meibom.

Tetapi ternyata sangat sulit untuk melihat perputaran bintang. Para astronom menggunakan bintik matahari, namun itu hanya meredupkan cahayanya kurang dari 1 persen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com