Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2014, 11:28 WIB

KOMPAS.com — "Hantu" dari kedalaman lautan terkuak lewat ekspedisi penelitian di Palung Mariana. "Hantu" itu berupa snailfish, krustasea raksasa, serta lainnya, makhluk-makhluk dengan rupa jauh berbeda dari yang biasa dijumpai di daratan dan perairan dangkal.

Spesies paling mengejutkan yang dijumpai adalah "ikan hantu" yang hidup pada kedalaman 8.145 meter di bawah permukaan laut. Spesies tersebut kini dinobatkan sebagai ikan yang punya habitat paling dalam di Bumi.

"Kami pikir ikan itu adalah snailfish, tetapi penampakannya sangat aneh," kata Alan Jameison dari Oceanlab di Universioty of Aberdeen yang terlibat riset, seperti dikutip BBC, Jumat (19/12/2014).

"Ikan itu tampak sangat rapuh, dan saat berenang, ikan itu seperti memiliki jaringan serupa kertas yang mengapung di belakangnya. Spesies itu juga punya moncong yang aneh," imbuh Jameison.

"Hantu" itu dijumpai saat para peneliti Hadal Ecosystem Studies mengirimkan wahana bawah laut tak berawak untuk menyelidiki lingkungan Palung Mariana antara kedalaman 5.000 hingga 10.600 meter di bawah permukaan laut.

Menyelidiki tebing dan lembah, proyek penelitian tersebut merupakan survei bawah laut paling komprehensif di dunia saat ini. Keragaman hayati dari kedalaman lautan diambil dengan proses rekaman video selama lebih dari 100 jam.

Tahun 2010 lalu, proyek yang sama berhasil menguak snailfish Pseudoliparis amblystomopsis pada kedalaman 7.703 meter di bawah permukaan laut, dinyatakan sebagai ikan dengan habitat terdalam. Kini, rekor itu terpecahkan lewat temuan "hantu" dari kedalaman 8.145 meter.

Para peneliti tidak mengambil spesimen makhluk yang ditemukan, hanya merekamnya. Dengan demikian, sulit untuk mengonfirmasinya sebagai spesies baru. Namun, para ilmuwan menyatakan bahwa spesies itu belum pernah dijumpai sebelumnya.

Selain ikan hantu, ilmuwan juga menjumpai krustasea raksasa. Makhluk yang masih sebangsa dengan udang itu begitu besar, mencapai ukuran 30 cm. Padahal, udang hanya berukuran 3-7 cm.

"Kami mendapatkan rekamannya selama lebih dari 20 jam dan kami mempelajari bagaimana spesies itu berenang, makan, dan mempertahankan diri dari predator. Mereka menekan umpan, menusuk kepalanya, dan menegakkan ekor runcingnya ke udara seperti duri," urai Jameison.

Proyek ini juga menguak fakta geologi baru tentang Palung Mariana. Patricia Fryer dari University of Hawaii mengungkapkan dalam pertemuan American Geophysical Union tahun ini bahwa dia menemukan lempeng tektonik yang belum dikenal sebelumnya.

"Batuan yang kita temukan ternyata berusia 100 juta tahun lebih muda dari Lempeng Pasifik. Artinya, lempeng yang disubduksi di bawah Challnger Deep (kedalaman maksimum palung) 100 juta tahun atau lebih muda dari Lempeng Pasifik," katanya.

Di tepian lempeng, Fryer juga menemukan aktivitas vulkanik pada kedalaman 5.000 meter. Jika benar, itu akan menjadi aktivitas vulkanik terdalam di Bumi. Batuan yang merujuk pada aktivitas vulkanik itu ditutupi oleh gas vulkanik.

"Satu-satunya cara bisa terbentuk seperti itu adalah bila magma secara instan mendingin ketika keluar dari ventilasi, material yang keluar bertemu dengan air laut dan langsung membeku," ungkap Fryer.

Banyak vulkanolog beranggapan bahwa letusan eksplosif tidak mungkin berlangsung pada kedalaman lebih dari 5.000 kilometer. Namun, hasil penelitian ini menyanggah anggapan tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com