Saat ditemukan pada 2007, Situs Tondowongso terpendam muntahan piroklastik Kelud dengan ketebalan 5-6 meter. Selain terempas material vulkanik, situs itu beberapa kali terendam banjir.
Berdasarkan hasil ekskavasi tim pada 14-25 Oktober 2014, bagian paling atas timbunan situs berupa lapisan pasir, kerikil, dan batu apung setebal 1 meter. Lalu, di bagian bawahnya terdapat bekas banjir. Kemudian, pada bagian paling bawah sebelum struktur candi terdapat lapisan material vulkanik lagi dengan ketebalan 2-3 meter.
”Dugaan kami, setelah terempas erupsi dan rusak, situs ditinggalkan masyarakat pada saat itu,” kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Tondowongso Sugeng Riyanto, Minggu (26/10/2014), saat dihubungi dari Jakarta.
Dia memprediksi kompleks candi itu sempat dimanfaatkan dalam waktu relatif lama. Lapisan piroklastik pertama diperkirakan menimbun antara tahun 1.300 Masehi dan lapisan piroklastik terakhir menimbun pada kisaran tahun 1.500 Masehi.
Masih banyak misteri yang harus diungkap dari situs itu. Akan tetapi, menurut Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto, karena target penelitian jangka panjang di situs itu telah terpenuhi, tahun depan penelitian di Situs Tondowongso dihentikan terlebih dulu. ”Kami masih menunggu tahapan berikutnya,” ujarnya. (ABK/KOMPAS CETAK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.