Ketua IAAI, Junus Satrio Atmojo, mengatakan, "Kami sangat mengkhawatirkan melihat sistem kerja tim yang semuanya dilakukan serba cepat. Mulai dari penggaliannya sampai dengan penyampaian analisis yang umumnya prematur."
Penelitian dan penyampaian analisis kepada publik yang tergesa-gesa punya dua dampak. Satu, menyesatkan publik. Kedua, penelitian justru akan menyulitkan penyusunan sejarah Gunung Padang sebab penggalian yang terburu-buru justru akan merusak.
Junus menerangkan, proses membangun pengetahuan tidak bisa dilakukan secara cepat. Riset mesti berorientasi proses. Data hasil penelitian harus dikumpulkan perlahan, dianalisis, untuk kemudian diketahui konteksnya.
"Dengan demikian scara perlahan dan teratur kita mencari bukti hubungan antara punden dengan struktur buatan manusia di bawahnya, kalau pun terbukti seperti dugaan tim," ungkap Junus kepada Kompas.com, Kamis (16/10/2014).
Junus menilai, selama ini tim riset Gunung Padang sudah berasumsi bahwa Perut Gunung Padang pasti punya bangunan tua. Penelitian akhirnya hanya berorientasi hasil, menemukan bangunan tua yang belum tentu ada.
"Mencermati perbedaan cara berpikir seperti ini, maka kita mennghimbau agar penelitian untuk sementara dihentikan, untuk memberi waktu bagi semua pihak memahami hasil temuan menggunakan presepsi yang berlainan itu," ungkap Junus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.