Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Melihat Kupu-kupu Raksasa Langka di Taman Penangkaran Plaju

Kompas.com - 13/10/2014, 15:14 WIB
advertorial

Penulis

Beruntunglah Anda yang pernah melihat kupu-kupu bersayap selebar telapak tangan manusia dan berwarna kuning kecoklatan dengan bercak putih. Kupu-kupu raksasa itu termasuk spesies langka yang tentunya jarang dapat ditemui di lingkungan sekitar.

Namanya Sirama-rama atau Attacus Atlas. Sebagai salah satu jenis kupu-kupu yang sedikit populasinya, banyak orang yang ingin melestarikan spesies ini. Upaya itu dilakukan dengan membangun taman penangkaran kupu-kupu Patraganik, di lingkungan Pertamina Refinery Unit II, Plaju. Di sana, Anda bisa melihat Sirama-rama bertengger manis di kawat dinding pembatas taman penangkaran tersebut.

Taman Penangkaran Kupu-Kupu Pertamina Refinery Unit (RU) III di Kawasan Patraganik, Komplek Pertamina Plaju ini dibangun sejak Agustus 2014. Pembuatan Taman penangkaran kupu-kupu  di atas lahan seluas 20x25 meter ini, bermula dari permasalahan hama ulat yang terus menyerang tanaman buah di kawasan Patraganik. “Awalnya, hama ulat menganggu perkembangan tanaman buah yang ditanam. Namun setelah kami amati, hama ulat  bermetamorfosa menjadi kupu-kupu raksasa yang cantik,” kata M. Yusuf, pengelola taman Patraganik.

Itulah awal mula munculnya ide Yusuf untuk membangun dan mengembangkan taman penangkaran kupu-kupu. Ia pun bekerja sama RU III melalui payung program tanggung jawab sosial perusahaan di bidang lingkungan.

Di tempat penangkaran itu, hingga saat ini sudah ada 25 kupu-kupu langka, yang terdiri dari dua spesies, yaitu Attacus Atlas dan Papilionidae. Ukuran Attacus Atlas, terbilang sangat besar. Lebar sayapnya berkisar 15-20 cm. Sedangkan spesies Papilionidae memiliki ukuran layaknya kupu-kupu pada umumnya. Yang membuat ia tampak unik ialah warna sayap yang berwarna-warni dan motif atau pola khas pada bagian bawah sayapnya.  Agar populasi kupu-kupu bertambah,  jenis tanaman buah dan bunga yang ditanam di sana dipilih yang berfungsi sebagai tanaman inang dan tanaman pakan bagi ulat dan kupu-kupu.

Dalam taman penangkaran kupu-kupu ini, pengunjung tidak hanya dapat menyaksikan kupu-kupu semata, namun bisa melihat dari dekat seluruh fase kehidupan kupu-kupu. Dimulai dari fase telur, ulat (larva), kepompong (pupa) hingga bermetamorfosis menjadi  kupu-kupu. Yusuf menjelaskan, dalam fase kehidupan kupu-kupu, fase kepompong menjadi fase kritis dan rentan terhadap pemangsa.

“Khusus pada fase ini, kepompong akan dipindahkan dan dipisahkan dalam satu rumah kepompong, yaitu kandang khusus yang berfungsi untuk menyimpan seluruh kepompong agar terhindar dari gangguan predator dan mampu bertahan hidup hingga menjadi kupu-kupu,” papar Yusuf.

Patraganik memang ingin dikembangkan menjadi Kawasan Pengelolaan Lingkungan Terpadu. Hal itulah yang diungkapkan Public Relations Section Head RU III, Makhasin. Selain taman penangkaran kupu-kupu, sebelumnya di kawasan ini sudah terdapat tempat produksi pupuk organik dari sampah yang berasal di lingkungan RU III (Patraganik), taman buah, serta budidaya ikan lokal. “Taman penangkaran kupu-kupu ini merupakan upaya RU III untuk berperan serta dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup yang sejalan dengan program Pertamina Sobat Bumi serta pencapaian PROPER RU III menuju peringkat Emas di tahun 2015,” ungkap Makhasin.

Bukan hanya karena kelangkaannya, kupu-kupu juga dilestarikan karena hewan cantik ini merupakan mata rantai pertama dalam suatu ekosistem. Selanjutnya, para pengelola berharap taman penangkaran kupu-kupu ini dapat menampung dan mengembangkan lebih banyak spesies kupu-kupu, khususnya kupu-kupu langka. “Kami berharap dalam jangka panjang, taman ini dapat menjadi kawasan pembelajaran dan pengetahuan konservasi kupu-kupu serta wahana pendidikan dan pelatihan bagi individu atau kelompok lain dalam mengembangkan kawasan pelestarian lingkungan terpadu,” katanya. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com