Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusakan Alam Mengancam Manusia dan Kebudayaannya

Kompas.com - 02/10/2014, 21:35 WIB
Risky Wulandari

Penulis


KOMPAS.com - Perusakan alam tidak cuma akan mengancam satwa liat tetapi juga warga yang hidup di sekitar serta kebudayaannya.

Jamal M Gawi, aktivis dari Leuser International Foundation mengungkapkannya dalam diskusi tentang pelestarian harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang digelar pada Rabu (1/10/2014) di @America, Jakarta.

Dalam pertemuan kemarin, Jamal memaparkan masalah yang dihadapi ekosistem Leuser saat ini. Perubahan fungsi lahan marak.

Perubahan fungsi lahan hutan biasanya hanya dikaitkan dengan ancaman pada satwa liar, termasuk harimau sumatera. Namun, ternyata bukan cuma itu ancamannya. Perubahan fungsi lahan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem juga mengancam masyarakat.

Akibat rusaknya ekosistem Leuser, sejumlah warga desa yang hidup di wilayah sekitar semakin sering dilanda banjir.

Tahun 2002, banjir bandang menghantam Bahorok, kecamatan di dalam wilayah Taman Nasional Gunung Leuser yang juga dikenal sebagai habitat orangutan. Sungai Bohorok meluap hingga ke daerah perkampungan dan menewaskan sedikitnya 200 orang.

Sebab utama banjir bandang itu adalah penebangan liar. Saat banjir, kayu gelondongan hasil penebangan ikut hanyut terbawa air.

Tahun 2006, banjir yang lebih dahsyat terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang. Lagi-lagi, penebangan pohon menjadi sebab utamanya. Banjir ini menjadi bencana alam paling parah bagi daerah setempat selama 100 tahun terakhir.

Jamal mengatakan, hingga saat ini, masyarakat trauma dengan hujan. “Ada kecemasan pada masyarakat bila musim hujan tiba,” ungkap Jamal.

Banjir bandan yang semakin sering dan parah di Leuser menjadi bukti bahwa perusakan alam pun merugikan manusia. Bila terus terjadi, warga setempat akan kehilangan tempat tinggal yang aman.

“Bayangkan kalau desa itu musnah, maka kebudayaannya akan hancur. Parahnya, jika ada kebudayaan yang belum sempat ditemukan,” kata Jamal.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com