Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bungkus Daging Kurban dengan Kantung Plastik Tepat

Kompas.com - 02/10/2014, 21:08 WIB
KOMPAS.com - Menjelang Idul Adha, kebutuhan kantung plastik meningkat. Pasalnya, kantong plastik menjadi sarana paling praktis untuk membungkus potongan-potongan daging hewan kurban untuk dibagikan kepada kaum yang membutuhkan.

Namun begitu, khalayak banyak mestinya makin menyadari jenis dan kegunaan kantung plastik pembungkus bahan makanan secara tepat. Ada kantung plastik yang bisa meracuni bahan makanan, menurut penuturan Sales & Marketing Head Sinar Joyo Boyo Plastik Handoko S Sidharta pada Kamis (2/10/2014). "Pemahaman masyarakat memang masih rendah soal kantung plastik," imbuhnya lagi.

Dalam pemaparan pria berkacamata itu, setidaknya ada empat jenis bahan kantung plastik yang beredar di masyarakat. Pertama adalah bahan polypropylene (PP). "Kantung plastik jenis ini berwarna transparan dan biasanya dipakai untuk membungkus gula. Ukurannya beraneka ragam dan tipis," kata Handoko.

Kemudian, kantong plastik berikutnya adalah polyethylene (PE). Menurut Handoko, kantung plastik jenis ini lebih lentur ketimbang jenis PP. Warnanya ada yang transparan dan buram. "Masyarakat menggunakan jenis ini untuk membungkus es atau minyak," bebernya.

Jenis berikutnya adalah kantung plastik berbahan HDPE atau high density polyethylene. Masyarakat mengenal kantong jenis ini sebagai kantong kresek. Kantong plastik HDPE berciri tahan panas, tak mudah jebol, tak berbau, dan tak berbintik. "Tali rafia yang dikenal masyarakat berbahan dasar plastik PP," lanjutnya lagi.

Sementara, ada jenis plastik yang bernama mulsal . Plastik jenis ini bukan untuk membungkus bahan makanan. Masyarakat menggunakan plastik ini untuk alat bantu pertanian. Plastik jenis ini biasanya berwarna hitam.

Handoko mengingatkan, masyarakat mesti mewaspadai kantung plastik dari bahan campuran. Kantung plastik ini berbahaya andai digunakan sebagai pembungkus bahan makanan. Pasalnya, lanjut Handoko, bahan campuran dimaksud bisa berasal dari sampah atau pestisida. "Ini berbahaya," ujarnya.

Terurai

Sementara, lanjut Handoko, problem plastik yang tak bisa terurai sedikit demi sedikit bisa teratasi dengan teknologi oxo-biodegradable. Sederhananya, teknologi ini membuat plastik bisa terurai setelah dua tahun.

Khusus untuk plastik Joyo Boyo, teknologi yang melibatkan unsur oksigen ini berasal dari Kanada melalui pihak EPI.

Josephus Primus Kantung plastik pembungkus bahan makanan. Khalayak banyak mestinya makin menyadari jenis dan kegunaan kantung plastik pembungkus bahan makanan.

Dalam pemaparannya, Handoko mengatakan pihaknya, pada Idul Adha tahun ini, bekerja sama dengan pengelola Masjid Istiqlal Jakarta. Perusahaan yang masuk dalam induk Lidah Buaya Group asal Magelang, Jawa Tengah ini menyediakan 25.000 lembar kantung plastik pembungkus daging kurban di masjid tersebut.

Sementara itu, menurut keterangan Chief Executive Officer (CEO) Sinar Joyo Boyo Plastik Hengky Sidharta, total 350.000 kantung plastik, termasuk di Masjid Istiqlal tadi, disediakan pihaknya untuk memenuhi kebutuhan 500 masjid di Jawa. Sebaran kantung plastik sebanyak itu antara lain ada di Jakarta, Jember, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Madiun, Malang, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Tulungagung, Blitar, Kediri, Jombang, Purwakarta, Cianjur, Tasikmalaya, Pamanukan, Jatiwangi, Ajibarang, Purwokerto, Salatiga, Kudus, Pati, Pekalongan, Solo, Klaten, Surakarta, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Sinar Joyo Boyo Plastik adalah anak usaha Lidah Buaya Group. Awalnya, pada 1995, Lidah Buaya Group memproduksi kantung plastik untuk kebutuhan internal. Lidah Buaya Group adalah produsen sabun deterjen.

Kemudian, satu tahun berselang atau pada 1996, lantaran permintaan kantung plastik dari eksternal perusahaan meningkat, Lidah Buaya Group mendirikan Sinar Joyo Boyo Plastik.
   

Josephus Primus Sales & Marketing Head Sinar Joyo Boyo Plastik Handoko S Sidharta (kiri) dan Chief Executive Officer (CEO) Sinar Joyo Boyo Plastik Hengky Sidharta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com