Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Punden Berundak di Gunung Padang Tidak Baru

Kompas.com - 02/10/2014, 16:29 WIB

KOMPAS.com — Temuan Tim Nasional Peneliti Gunung Padang tentang adanya struktur punden berundak di Situs Gunung Padang, Desa Karyamukti, Campaka, Cianjur, Jawa Barat, bukan hal yang baru bagi sejumlah arkeolog. Selain itu, klaim tim bahwa formasi susunan Gunung Padang dibangun 5.200-500 tahun sebelum Masehi juga dinilai terlalu dini.

Wakil Ketua Tim Nasional Peneliti Gunung Padang Ali Akbar mengatakan, target tim untuk melihat bentuk lapisan terasering Gunung Padang dan mengungkap lapisan budaya di bawahnya terpenuhi. ”Dengan ekskavasi dan pengeboran, kami berhasil menampakkan dan menelusuri lapisan budaya Gunung Padang. Pada periode 5.200-500 tahun sebelum Masehi, masyarakat sudah membuat struktur bangunan punden berundak,” ujarnya, Rabu (1/10/2014), di Jakarta.

Menurut Ali, penyusunan punden berundak Gunung Padang berlangsung pada 5.200 tahun sebelum Masehi. Selanjutnya, tempat itu sempat ditinggalkan dan baru datang lagi masyarakat pada kisaran 500 tahun sebelum Masehi yang kembali menumpuk batu-batuan di situs tersebut.

”Ada unsur kesengajaan dari masyarakat saat itu untuk meninggikan batu-batuan. Pada kedalaman 2 meter batuan bisa ditemukan, lalu ada jeda sekitar 2 meter dan ditemukan lagi batu-batuan di bawahnya,” kata Ali.

Menanggapi hal ini, arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, menilai temuan Tim Nasional Gunung Padang bukan hal baru di kalangan arkeolog. ”Gunung Padang memang berupa punden berundak yang disusun dari batuan columnar jointing (struktur batuan berbentuk seperti tiang-tiang akibat proses alamiah). Struktur di bagian atas sengaja disusun dan di bagian pinggir ditata seperti talud agar lereng tidak longsor. Kalau struktur geologinya berupa batuan memang benar, tapi anggapan bahwa di dalamnya ada struktur bangunan saya rasa sulit diterima karena sangat susah menyusun batuan itu dari bawah,” paparnya.

Tentang prediksi masa pembuatannya, menurut Daud, sampai saat ini belum ada bangunan megalitik di Asia Tenggara yang usianya mencapai 5.200 sebelum Masehi. ”Tim begitu cepat mendapat hasil penanggalan karbon. Dalam penelitian arkeologi biasanya analisis penanggalan karbon baru keluar sekitar tiga bulan pasca-ekskavasi,” kata Daud.

Sama seperti Daud, Ketua Ikatan Asosiasi Arkeolog Indonesia Junus Satrio Atmodjo mengatakan, Gunung Padang bukan bangunan, melainkan formasi alam yang memang menghasilkan batu-batu terlepas dan kemudian tinggal disusun saja oleh orang-orang pada waktu itu. (ABK/KOMPAS CETAK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com