Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Obat Berkualitas dari Bahan Alam Masih Minim

Kompas.com - 26/09/2014, 18:01 WIB
Risky Wulandari

Penulis


KOMPAS.com — Keanekaragaman hayati Indonesia nomor satu di dunia. Namun, baru sedikit yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan obat.

Hal itu terungkap dalam ekspos hasil riset unggulan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertajuk Riset Inovasi dan Kreativitas dalam Peningkatan Pemanfaatan Bioresources dalam Ketahanan Obat dan Kesehatan yang disampaikan oleh Elfahmi, Kamis (15/9/2014).

Elfahmi menyampaikan, Indonesia punya 28.000 spesies yang berpotensi menjadi obat. Namun, hingga kini, hanya ada 283 produk berbahan dasar keanekaragaman hayati Indonesia yang terdaftar di Badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dari sejumlah itu, produk obat herbal yang terstandardisasi hanya 30, sedangkan yang terdaftar sebagai fitofarmaka hanya lima buah.

Fitofarmaka adalah salah satu jenis obat alami yang terdaftar dalam BPOM. Obat ini yang melalui proses uji klinis pada manusia, sedangkan obat herbal terstandar melalui uji praklinis.

Ketimpangan jumlah spesies dan hasil inovasi yang ada didasari oleh kurangnya kepercayaan terhadap obat-obatan tradisional. "Padahal, obat alam ini sudah sekian tahun lamanya dimanfaatkan," kata Elfahmi.

Menurut Kaprodi Pascasarjana Sekolah Farmasi ITB ini, salah satu faktor yang mendasari kurangnya kepercayaan adalah minimnya riset dan publikasi.

Hingga kini, riset dan publikasi keanekaragaman hayati menjadi bahan dasar obat masih sangat kurang. Jika ada, riset juga hanya dijalankan oleh lembaga penelitian dan universitas. Industri belum mau menyerapnya.

Faktor lain adalah industri obat tradisional yang kurang profesional. Banyak industri mengambil bahan baku dari pengumpul. Padahal, bahan itu kurang berkualitas. Sering kali, tumbuhan obat yang didapatkan juga bukan hasil budi daya.

Fahmi mengatakan, perlu sinergi antara peneliti, industri, dan pemerintah untuk menumbuhkan kepercayaan pada obat tradisional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com