Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kujang Gunung Padang Dikatakan Cerminan Bilangan Pi

Kompas.com - 18/09/2014, 17:50 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Tahu konstanta pi dalam matematika? Kontanta sebesar 22/7 atau 3,14 itu dipakai dalam perhitungan luas dan keliling lingkaran serta volume tabung dan bola.

Tim riset Gunung padang mengatakan bahwa artefak serupa kujang yang ditemukan lewat ekskavasi pada Sabtu (14/9/2014) merupakan cerminan dari konstanta pi itu.

Sekretaris tim riset Gunung Padang, Erik Rizki, mengungkapkan, konstanta pi dalam kujang bisa diketahui ketika mengukur panjang dan lebar bagian kujang yang meruncing.

Bagian yang meruncing punya panjang 22 cm dan lebar 7 cm. "Kalau dihitung, ini kan 22 dibagi tujuh, itu kan pi," kata Erik.

Erik mengatakan, hal itu mencengangkan dan di luar yang dibayangkan peneliti. "Luar biasa sekali," katanya.

Menurut Erik, ukuran kujang itu menunjukkan bahwa leluhur yang tinggal di Gunung Padang sudah mengenal geometri.

Kujang Gunung Padang juga punya keunikan lain. Menurut Erik, kujang itu punya anomali magnetik.

"Ini punya tiga sisi. Tiga sisi itu hanya bisa merespon kutub magnet yang sama," kata Erik saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/9/2014).

Sebab anomali magnetik itu belum diketahui. Namun menurut Erik, struktur kujang memang unik.

"Di dalam permukaan ada kandungan metal. Waktu perbesaran 80 kali, tampak ada struktur seperti kawat," katanya.

Kujang Gunung Padang adalah artefak pertama yang ditemukan sepanjang penggalian sejak sabtu lalu. Tim menemukan artefak lain berupa koin.

Koin dan kujang diduga berasal dari masa 500 - 5.200 tahun yang lalu. Usia diperkirakan berdasarkan hasil penanggalan karbon lapisan tanah tempat penemuannya.

Temuan koin dan kujang menuai kontriversi. Arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, mengatakan, koin yang ditemukan mirip dengan koin Belanda tahun 1945.

Sementara, temuan kujang juga meragukan. "Berdasarkan pengamatan terhadap foto objek yang bersangkutan tidak tampak adanya jejak pemangkasan baik monofasial maupun bifasial di permukaan batu ini," kata Lutfi.

Jejak pemangkasan baik bifasial maupun monofasial di bidang permukaan batu biasanya tidak menghasilkan permukaan yang rata akan tetapi memiliki bentuk permukaan yang berbeda dengan sisi bidang yang tidak terpangkas.

"Permukaan batu yang rata tersebut besar kemungkinan merupakan  produk dari proses pelapukan batuan," jelas Lutfi.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com