Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Wabah Ebola di Afrika Dipicu oleh Pemakaman Seorang Tabib

Kompas.com - 31/08/2014, 15:58 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Satu pemakaman memakan ribuan korban.

Stephen Gire, peneliti evolusi virus di Harvard University, dan rekannya mengungkap, wabah ebola yang terjadi sejak Mei lalu dipicu oleh acara pemakaman seorang tabib di Guyana yang terinfeksi ebola pada bulan yang sama.

Pemakaman dihadiri oleh 13 orang perempuan. Mereka yang diduga ikut membersihkan jenazah lalu terinfeksi ebola dan membawa virus itu ke Siera Leone ketika kembali. Sejak saat itu wabah ebola pun menyebar cepat, membunuh setidaknya 1.552 orang.

Kesimpulan itu didapatkan setelah Gire dan rekannya mengambil 99 sampel virus dari 78 pasien yang terinfeksi ebola selama 24 hari pertama epidemi di Siera Leone.

Sampel virus dianalisis secara molekuler untuk memetakan genom virus ebola, mengetahui asal-usulnya, serta mutasi yang terjadi. Hasil analisis dipublikasikan di jurnal Science pada Kamis (28/8/2014).

Urutan genom ebola hasil analisis molekuler telah dipublikasikan pada 31 Juli 2014 lalu secara online. Data itu merupakan data genom ebola terlengkap yang pernah ada.

Selain mengungkap bahwa wabah di Siera Leone dipicu oleh sebuah pemakaman, peneliti juga menemukan, virus ebola bermutasi secara cepat pada manusia. Pada manusia, ebola bermutasi lebih cepat daripada pada hewan.

Virus ebola yang menjadi mengakibatkan saat ini sudah berbeda dengan ebola yang menyebabkan wabah tahun-tahun sebelumnya.

Terungkap, virus telah mengalami 350 mutasi sejak wabah ebola tahun 1970-an. Sejumlah 300 mutasi terjadi dalam periode tahun 1970-an hingga Mei 2014. Sementara, sejak awal wabah kali ini, virus telah bermutasi 50 kali.

Kepada Scientific American, Kamis lalu, Gire mengatakan bahwa tak seperti wabah sebelumnya, dalam wabah kali ini peneliti berhasil mengetahui untaian genom ebola secara cepat. Ini bisa mendasarri pengembangan cara penanganan dan pengobatan.

Namun ia mengakui, masih ada keterbatasan data. Masih perlu studi untuk memahami wabah kali ini secara utuh.

William Schaffner, peneliti penyakit infeksi di Vanderbilt University mengatakan, studi ini memberi petunjuk bahwa wabah kali ini terjadi akibat infeksi antar-manusia. "Bukan infeksi terus menerus dari hewan liar ke manusia," katanya.

Infeksi dari hewan ke manusia memang terjadi. Diduga, virus ebola yang awalnya menginfeksi manusia berasal dari kelelawar. Namun, infeksi selanjutnya hingga menjadi wabah berlangsung antar-manusia.

Anthony Fauci, Direktur Eksekutif Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Infeksi Amerika Serikat mengatakan, studi ini sangat dahsyat.

Di sisi lain, Fauci juga mengungkap betapa kecil perhatian pada infrastruktur kesehatan di banyak negara. Jika kasus ebola mendapat penanganan tepat, pengendalian kontak satu dengan yang lain, maka ebola mungkin bisa dikelola dengan baik.

Studi ini dilakukan oleh lebih dari 50 pakar. Lima dari sejumlah peneliti itu meninggal karena ebola yang sedang ditelitinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com