Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batan Berharap Jokowi Mendukung PLTN

Kompas.com - 22/08/2014, 21:51 WIB
Risky Wulandari

Penulis


KOMPAS.com - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berharap Jokowi dan Jusuf kalla mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Hal itu disampaikan Dr Ferhat Aziz M.Sc., Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir Batan dalam Talkshow MIPA untuk Negeri (MUN) di Universitas Indonesia, Jumat (22/8/2014).

“Kedepannya dengan presiden yang terpilih agar bisa lebih menerima, terbuka dan memahami kedudukan nuklir dalam mendukung ketahanan energi,” terang Ferhat.

Menurutnya, minyal dan solar sudah tidak mampu mendukung kebutuhan energi dalam jangka panjang. Sementara, energi terbarukan seperti tenaga angin dan panas bumi belum bisa memenuhi tantangan pencukupan kebutuhan energi.

Ferhat mengatakan, nuklir punya beberapa kelebihan seperti harga yang bisa bersaing dengan batubara dan tidak mengeluarkan emisi.

Energi terbarukan, menurut Ferhat, tidak sepenuhnya menjanjikan. Saat ini, energi terbarukan hanya tergantung pada energi surya. “Angin tidak banyak menghasilkan energi karena tidak stabil,” terangnya.

Indonesia merupakan penghasil panas bumi terbesar di dunia. Tapi, kata Ferhat, energi yang dihasilkan tak lebih dari 10.000 Mega Watt.

“Saya setuju geotermal tapi tidak cukup besar untuk membangkitkan PLN yang menggunakan 40 ribu megawatt energi. Dan bayangkan itu mencakup 80 persen rumah tangga di Indonesia, berarti masih ada 20 persen rumah di Indonesia yang tidak dialiri listrik”, terangnya.

Ia menambahkan, aplikasi nuklir di bidang pertanian dan kesehatan sudah diakui. Tapi soal PLTN, keputusan politik masih menjadi hambatan.

PLTN memang memiliki kelebihan. Namun, beberapa kalangan mengkhawatirkan pembangunannya. Risiko PLTN antara lain radiasi dan kerentanan terhadap gempa bumi. Selain itu, korupsi dan tata kelola Indonesia yang buruk juga dikhawatirkan akan memperbesar risiko PLTN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com