Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran tentang Syarat Terjadinya Tsunami Besar dari Gempa Cile

Kompas.com - 02/04/2014, 20:07 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Gempa yang mengguncang Cile pada Rabu (2/4/2014) memberi satu lagi pelajaran tentang gempa dan tsunami, tepatnya tentang syarat-syarat suatu gempa bisa memicu tsunami besar dan mematikan.

Gempa Cile memiliki magnitudo 8,2. Pusat gempa berada 95 km dari daratan Iquique, pada kedalaman 20,1 km. Gempa terjadi akibat aktivitas di zona subduksi pada pertemuan antara lempeng Amerika Selatan dan Nazca. Mekanisme gempa sesar naik.

Karena terjadi akibat aktivitas zona subduksi, pada kedalaman yang dangkal, mekanisme sesar naik, dan magnitudo yang besar, seharusnya gempa Cile bisa memicu gelombang tsunami dengan amplitudo tinggi.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ketinggian gelombang tsunami maksimum, berdasarkan laporan Pacific Tsunami Warning Center, hanya 2 meter. Ketinggian itu jauh berbeda dengan tsunami Aceh pada tahun 2004 yang mencapai lebih dari 20 meter.

Pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengungkapkan, penyebab terjadinya tsunami kecil di Cile adalah karena lokasi pusat pergeseran maksimum yang lebih dalam dari pusat gempa.

"Memang episentrum berada di lokasi yang dangkal. Tetapi, slip (pergeseran pada bidang gempa) yang maksimum mencapai lebih dari 6 meter terjadi pada kedalaman lebih dari 30 km sehingga tidak efektif menghasilkan tsunami yang tinggi," urainya.

Indonesia pernah mengalami gempa besar dengan tsunami kecil, yakni saat gempa Aceh pada 11 April 2012. Ada dua gempa yang terjadi, masing-masing bermagnitudo 8,8 dan 8,5. Mekanismenya sesar miring dan cukup kompleks, tetapi tsunami yang ditimbulkan kecil.

Saat itu, Indonesia belajar bahwa tidak setiap gempa besar memicu tsunami. Gempa besar bisa memicu tsunami apabila terjadi di zona subduksi, episentrum berada di lokasi yang dangkal (kurang dari 80 km), serta mekanismenya dominan vertikal.

Dari gempa Cile hari ini, pelajarannya adalah bahwa pusat gempa memang menentukan besar kecilnya potensi tsunami, tetapi yang juga penting adalah lokasi terjadinya pergeseran maksimum.

"Gempa di Aceh tahun 2004, pusat gempanya memang dalam. Namun, pergeseran terjadi hingga wilayah yang dangkal sehingga tsunaminya besar. Kasus gempa dan tsunami di Pangandaran juga sama," katanya saat dihubungi Kompas.com, hari ini.

Irwan mengungkapkan, mekanisme gempa Cile hari ini mirip dengan gempa Bengkulu bermagnitudo 8,5 pada 12 September 2007. Akibat gempa itu, peringatan tsunami sempat dikeluarkan, tetapi akhirnya dicabut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com