Pilihan pesawat diterbangkan dengan cara menghindari radar dan memilih ke arah barat tentunya memiliki alasan. Alasan itulah yang kini menjadi perbincangan seru yang memunculkan teori-teori.
Salah satu teori menyebut bahwa MH370 terbang ke barat menuju waypoint IGREX untuk "menjemput" pesawat Singapore Airlines nomor penerbangan SQ068 rute Singapura-Barcelona.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh bloger dan pengamat penerbangan, Keith Ledgerwood. Setelah melakukan analisis, ia mendapatkan fakta kedua pesawat tersebut memiliki timing yang sama, seperti yang ia tulis dalam blognya.
Keith bisa menyebut MH370 bersembunyi di balik pesawat Singapore Airlines setelah ia membandingkan waktu yang dibutuhkan MH370 untuk mencapai waypoint GIVAL, dan jejak rute penerbangan SQ068 yang juga menggunakan tipe pesawat yang sama, B7777, pada waktu yang sama.
Hasilnya, kedua pesawat tersebut bisa bertemu di satu titik, seperti terlihat dari gambar di bawah ini.
Ledgerwood menganalisis, setelah bertemu di titik tersebut, MH370 terbang di bawah pesawat Singapore Airlines dengan beda jarak 500 kaki (angka ganjil-standar ketinggian pesawat yang terbang ke barat).
Terbang dengan beda ketinggian sekitar 500 kaki (kurang lebih 150 meter) dalam satu titik, diakui oleh salah seorang pembaca blog Ledgerwood, memang akan memunculkan satu titik yang sama di layar radar.
Yang menjadi pertanyaan, untuk apa MH370 terbang sejajar dengan pesawat maskapai Singapura tersebut?
Menurut Ledgerword, MH370 sengaja mengikuti rute SQ068 untuk bersembunyi dari pantauan radar. Begitu sampai di area di mana pantauan radar sipil yang lemah, baru MH370 kemudian memisahkan diri dari SQ068 dan mendarat di bandara tujuannya.
Kok SQ068 tidak sadar diikuti MH370?
Jika benar teori itu terjadi, bagaimana cara kehadiran MH370 tidak diketahui oleh SQ068?
Pesawat-pesawat jet modern saat ini dilengkapi dengan perangkat keselamatan yang bernama traffic coallision and avoiding system (TCAS). Perangkat tersebut dibuat untuk mendeteksi keberadaan pesawat lain di sekitarnya, dan memberi peringatan agar tidak terjadi tabrakan di udara.
Namun, dengan radar transponder yang dimatikan, pesawat lain tidak bisa mendeteksi keberadaan MH370 di dekatnya. Sementara, MH370 juga tidak bisa menerima sinyal TCAS yang dipancarkan pesawat lain. Namun, MH370 masih bisa mendengarkan perintah ATC jika pilot yang menerbangkannya memantau frekuensi radio yang sama.
Meski walau tanpa TCAS, MH370 juga bisa saja mendapatkan posisi SQ068 dari perangkat gadget, seperti smartphone atau tablet. Saat ini banyak aplikasi di iOS dan Android yang bisa melacak lalu lalang pesawat di udara, seperti Flightradar24 atau Foreflight.
Perangkat iOS dan Android tersebut menggunakan layanan aplikasi yang bisa menerima sinyal automatic dependent surveillance-broadcast (ADS-B) yang dipancarkan pesawat.
ADS-B me-relay posisi GPS dalam pesawat bersama dengan informasi lainnya, seperti ketinggian jelajah dan kecepatan, lalu diterima oleh receiver yang terhubung dengan layanan aplikasi tersebut.
Namun, meski secara teoretis bisa dilakukan, dalam praktiknya, teori tersebut diragukan oleh sejumlah ahli. Salah satunya, Todd Curtis, mantan insinyur Boeing dan pendiri AirSafe.com. Seperti dikutip KompasTekno dari Mashable, Rabu(19/3/2014), menurutnya, jika prosedur seperti itu pernah dilakukan sebelumnya dan terbukti sukses, baru ia akan percaya.
Baca juga:
Ini Bukti Malaysia Airlines MH370 Sengaja Hindari Radar
Ini Bandara yang Bisa Dijangkau Pesawat Malaysia Airlines MH370