Seperti diberitakan New York Times, Rabu (12/3/2014), gel itu memiliki kelebihan karena bisa mencegah individu terinfeksi HIV hingga tiga jam setelah hubungan seksual yang tidak aman. Gel ini bermanfaat, misalnya, bagi para korban perkosaan.
Ilmuwan melakukan uji coba terhadap 12 monyet. Sejumlah enam monyet diberi gel ini setelah tindakan menginfeksinya dengan HIV, sementara yang lainnya tidak. Ilmuwan menemukan bahwa infeksi memang bisa ditekan pada monyet yang diberi gel.
Gel yang diberikan pada monyet mengandung ralteglavir, jenis anti-retroviral yang telah digunakan untuk menangani pasien dengan HIV, disetujui penggunaannya oleh Food and Drugs Administration (FDA) di Amerika Serikat.
Hasil penelitian mengungkap, pada monyet yang diberi gel tiga jam setelah kontak dengan HIV, hanya lima dari enam individu yang terinfeksi. Pada grup lain, semuanya terinfeksi. Dalam eksperimen berbeda dengan tiga individu monyet yang diberi gel 30 menit sebelum kontak dengan HIV, hanya satu yang terinfeksi.
Walid Heneine dari Centers for Disease Control and Prevention yang memimpin studi mengatakan, ia tidak tahu mengapa masih ada yang terinfeksi. "Kami bertanya-tanya bagaimana dua individu bisa terinfeksi, tetapi kami tak akan bisa menemukan alasannya."
Meski demikian, Robert M Grant, pakar AIDS dari University of California, mengatakan bahwa hasil studi ini mengagumkan dan seharusnya mendorong peneliti untuk segera mengujikannya terhadap manusia. Namun, ia mengatakan, ada tantangan etis untuk melakukannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.