Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Lebat Masih Terus Berlangsung

Kompas.com - 28/02/2014, 06:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan lebat diperkirakan masih terus berlangsung di wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jakarta, setidaknya hingga posisi matahari melintasi garis ekuator pada 21 Maret 2014 nanti. Salah satu faktor penyebab adalah terjadi bibit badai tropis di Samudra Hindia selatan Selat Sunda.

Bibit badai tropis atau sistem udara tekanan rendah di Samudra Hindia akibat suhu perairan yang menghangat di atas normal. Ini menimbulkan pertemuan tiga arah angin yang mengakibatkan pembentukan awan hujan.

"Pertemuan ketiga arah angin itu terdiri dari aliran angin dari pusaran bibit badai, belokan angin dari Bukit Barisan di Sumatera ke arah timur, dan angin monsunal dari utara ke selatan," kata peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Eddy Hermawan, Kamis (27/2), di Jakarta.

Menurut Eddy, beberapa hari lalu terjadi jeda musim hujan dengan panas sangat terik. Kejadian ini merupakan peristiwa pengumpulan energi untuk pembentukan awan hujan yang sekarang menimbulkan hujan lebat dan mendung seharian selama dua hari terakhir.

"Hujan pada akhir Februari menuju Maret berbeda dengan hujan pada Desember, Januari, hingga pertengahan Februari," kata Eddy.

Hujan yang terjadi pada bulan Desember, Januari, hingga pertengahan Februari memiliki intensitas curah hujan paling tinggi dengan durasi hujan lebih singkat dibandingkan dengan akhir Februari hingga Maret.

Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudiyanto mengatakan, sifat hujan sekarang tergolong normal pada musim hujan. Tetapi, bibit badai tropis di Samudra Hindia sebelah selatan Selat Sunda memberi pengaruh berbeda.

Bibit badai tropis di selatan Selat Sunda memiliki sistem udara tekanan rendah yang menarik massa uap air dari utara atau Asia. Massa uap air yang tertarik, di antaranya, menjadi awan hujan di wilayah Jawa bagian barat, termasuk Jakarta.

Selain di selatan Selat Sunda terjadi daerah tekanan rendah di Australia bagian utara dan sirkulasi angin tertutup di Kalimantan bagian tengah. Juga terjadi pumpunan angin memanjang dari Laut Banda hingga Laut Arafuru. Kondisi itu menyebabkan kelembaban udara cukup tinggi sehingga menyebabkan pertumbuhan awan di Indonesia bagian tengah dan timur.

Suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia secara keseluruhan masuk kategori hangat sehingga banyak memasok uap air menjadi awan hujan. BMKG memprediksi, wilayah lain yang berpotensi hujan lebat dalam dua sampai tiga hari ke depan mencakup Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur bagian barat, Kalimantan Selatan bagian timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat bagian barat dan utara.

Menurut Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Fadli Syamsudin, menghangatnya perairan di Indonesia, terutama Samudra Hindia, sedang diriset. Ada kemungkinan itu karena mendapat pasokan hangat dari kolam panas Samudra Pasifik bagian barat.

Modifikasi cuaca

Eddy mengatakan, untuk mengatasi ancaman banjir akibat hujan lebat, sering ditempuh modifikasi cuaca. Namun, ia mengingatkan, fenomena cuaca yang berubah cepat dan kompleks di wilayah Indonesia sebenarnya kurang memungkinkan untuk diatasi dengan modifikasi cuaca.

"Langkah adaptasi lingkungan terhadap dampak hujan lebat menjadi lebih penting. Modifikasi cuaca membutuhkan uang tidak sedikit dan uang itu bisa dialihkan untuk adaptasi lingkungan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat rentan bencana," kata Eddy.

Adaptasi antara lain dengan pembuatan sumur resapan dan lubang biopori agar air hujan terserap ke tanah dan menjadi cadangan air di musim kemarau.

Eddy memprediksi, meski hujan lebat masih akan berlangsung hingga Maret nanti, intensitasnya tak akan lebih lebat dibandingkan pada bulan Desember, Januari, dan Februari. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com