Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/02/2014, 10:34 WIB
dr Andri, SpKJ, FAPM

Penulis


KOMPAS.com -
Belakangan ini, sejak seringnya saya menulis tentang kasus-kasus psikosomatik yang terkait dengan gangguan lambung. Banyak pasien yang mengalami gangguan lambung menahun yang datang ke Klinik Psikosomatik RS OMNI. Beberapa di antaranya akan saya ilustrasikan dalam kasus di bawah ini.

Kasus 1

Pasien usia 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri, perih lambung dan kembung yang dominan terjadi setiap hari sudah sejak setahun yang lalu. Pasien mengatakan, hal ini membuatnya pantang berbagai jenis makanan dan lebih banyak makan hanya dengan bubur kecap atau nasi tim. Lebih jauh ketika ditanyakan tentang pengobatan pasien sudah berobat ke berbagai spesialis penyakit dalam terutama yang spesialisasi saluran cerna. Endoskopi sudah dilakukan namun tidak ada masalah berarti, H.Pylori tidak ditemukan. USG Abdomen dan pemeriksaan penunjang laboratorium telah dilakukan dan tidak juga ditemukan hal yang bermasalah. Pasien diberikan obat PPI (Proton pump inhibitor) yang biasanya diberikan kepada pasien dengan gangguan seperti ini dan juga diberikan Domperidone serta sukralfat. Hasilnya tidak banyak membantu. Pasien akhirnya disarankan oleh salah satu dokternya ke psikiater karena dianggap mengalami psikosomatik. Sebelum bertemu saya di klinik pasien sudah pernah sebelumnya juga ke psikiater tetapi tidak mendapatkan perbaikan setelah diobati selama sebulan. Saat itu obat yang diberikan berupa obat anticemas yang dicampur dengan dosis kecil antipsikotik.

Setelah saya lihat gejala dan tanda pada pasien, pasien lebih jauh mengatakan bahwa selain masalah lambung juga sering disertai perasaan cemas yang berkaitan dengan jantung berdebar. Perasaan cemas ini biasanya dipicu oleh rasa tidak nyaman di lambung dan akhirnya menimbulkan jantung berdebar. Di luar masalah lambungnya, pasien tidak mengalami jantung berdebar tanpa pemicu. Pengobatan kepada pasien akhirnya dipilih untuk menstabilkan sistem saraf otonom di otak dan juga terutama terkait dengan sistem saraf enteric yang berkaitan dengan lambung. Pengobatan ini biasanya tidak lagi melibatkan obat-obatan untuk lambung kecuali jika diperlukan domperidone. Biasanya penggunaan dosis kecil antidepresan yang tepat dapat membantu kasus seperti ini. Setelah satu bulan pengobatan pasien merasa keluhannya sudah semakin menghilang. Perih kembung sudah tidak ada lagi. Pasien sudah bisa makan biasa tanpa harus memilih-milih.

Kasus 2

Pasien seorang laki-laki usia 28 tahun dengan keluhan jantung berdebar-debar, sering sesak nafas dan merasa kembung tiba-tiba seperti ingin muntah. Hal tersebut terjadi tiba-tiba tanpa sebab atau pemicu. Pasien juga mengatakan sering merasa pusing dan seperti bergoyang jika kejadian itu datang. Gejala ini sering berulang dan membuat pasien sering bolak balik ke IGD karena khawatir merasa sakit jantung yang berat. Pasien jika di IGD dikatakan baik-baik saja setelah mengalami pemeriksaan lengkap. Beberapa dokter di IGD mengatakan hanya asam lambung saja naik dan diberikan obat lambung sejenis PPI. Sayangnya keluhan itu tidak mereda walau sudah makan obat yang disarankan. Kondisi ini adalah kondisi klasik untuk suatu Gangguan Cemas Panik. Pengobatan hal ini sudah beberapa kali saya bahas dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya. Saya hanya ingin menekankan bahwa pada kondisi ini pun ada masalah dengan lambung.

Lambung Punya Otak Sendiri

Dalam ilmu kedokteran, khususnya bidang Psikosomatik Medis, dipercaya bahwa lambung mempunyai otaknya sendiri yang sering disebut Enteric Nervous System. Sistem saraf ini juga diatur oleh neurotransmitter yang sama seperti yang terdapat di susunan saraf pusat di otak. Saling mempengaruhi antara lambung dan otak banyak kita temukan pada beberapa kasus dispepsia fungsional, suatu kondisi gangguan lambung yang tidak didasari oleh adanya kelainan organ lambung itu sendiri. Sistem saraf enterik ini terdapat di esofgus, lambung, usus kecil dan kolon sehingga keluhan lambung terkait dengan sistem ini bisa mengenai keempat bagian organ lambung tersebut.

Karena didasari dan mempunyai neurotransmitter yang sama seperti di susunan saraf pusat jugalah yang membuat pengobatan kasus-kasus dispepsia fungsional atau masalah lambung terkait dengan sistem saraf enterik biasanya menggunakan obat-obatan yang juga bekerja di susunan saraf pusat. Penggunaannya namun sering kali agak berbeda, tergantung diagnosis dasarnya.

Pada kasus pertama misalnya, gejala lambung lebih mendominasi dan menjadi pemicu untuk gejala lainnya. Sedangkan pada kasus kedua gejala lambung merupakan gejala yang terkait dengan gejala lain pada pasien gangguan cemas panik.

Jika melihat dasar dari kondisi sepert ini maka tidak salah jika pasien yang mengalami gangguan lambung dan sudah berobat ke dokter spesialis penyakit dalam saluran cerna namun tidak mengalami perbaikan, dapat berkonsultasi ke psikiater yang memahami masalah lambung ini sebagai masalah terkait dengan aktifitas sistem saraf di tubuh.

Semoga tulisan ini membantu memahami.

Salam Sehat Jiwa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau