Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Sejuta "Follower", BMKG Perlu Optimalkan Penggunaan Twitter

Kompas.com - 30/01/2014, 18:51 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Lain dengan lembaga pemerintah lainnya, jumlah follower Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terbilang fantastis.

Selasa (28/1/2014), BMKG mengumumkan bahwa follower-nya mencapai 1 juta. Tepatnya, 1.008.849 saat berita ini diturunkan.

Jumlah tersebut jauh melebihi lembaga pemerintah lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang hanya 15.417.

Dengan jumlah follower banyak, fungsi Twitter BMKG perlu dioptimalkan sehingga memberi manfaat kepada masyarakat, terutama di tengah beragam ancaman bencana seperti hujan, banjir, dan gempa.

Pengamatan Kompas.com, informasi cuaca saat ini yang disampaikan lewat Twitter BMKG hanya berupa citra potensi curah hujan se-Indonesia.

Informasi masih sangat umum dan belum mengelaborasi dampak beragam faktor seperti bibit siklon, adanya pusaran, dan lainnya.

Contoh kasus, sebelum banjir Manado terjadi, tidak ada peringatan dini adanya hujan lebat yang mungkin terjadi akibat bibit siklon.

Pakar meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Zadrach Ledoufij Dupe, mengapresiasi langkah BMKG menggunakan media sosial, tetapi mengatakan bahwa informasi yang diberikan harus jelas.

"Seharusnya, informasi berupa statement dan jelas," kata Zadrach saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/1/2014).

Zadrach juga mengungkapkan masih perlunya pengembangan situs web BMKG dalam memberikan informasi yang lebih mudah dicerna.

Tentang penyajian citra satelit, citra radar, dan prakiraan angin, Zadrach mengungkapkan, "Perlu ada legenda (keterangan)."

Dalam prakiraan angin misalnya, biasa terdapat tanda L dan E yang tidak diberi keterangan sehingga publik sulit memahami.

Zadrach juga menuturkan peluang BMKG untuk membangun interaksi dengan masyarakat lewat media sosial.

Ia menuturkan, dahulu di beberapa negara, lembaga serupa BMKG membuka saluran telepon sehingga masyarakat bisa bertanya. Hal sama sebenarnya juga telah dilakukan BMKG.

"Sekarang, hal itu bisa dilakukan lewat Facebook dan Twitter," ungkap Zadrach.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com