Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modifikasi Cuaca Diklaim 22 Persen Efektif Kurangi Hujan

Kompas.com - 20/01/2014, 18:20 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengklaim bahwa modifikasi cuaca yang dimulai Selasa (14/1/2014) lalu efektif untuk mengurangi curah hujan di Jabodetabek.

"Dari hasil evaluasi, selama lima hari pelaksanaan, kami mampu mengurangi curah hujan sebesar 22 persen," kata F. Heru Widodo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan, BPPT, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 920/1/2014).

Heru mengungkapkan, perhitungan efektivitas pengurangan itu didapatkan dari hasil simulasi curah hujan yang seharusnya terjadi dengan yang terjadi sebenarnya.

Menurut Heru, jika modifikasi cuaca tidak dilakukan, curah hujan rata-rata di Jakarta per hari selama lima hari terakhir sekitar 129 mm. Namun, dengan modifikasi cuaca, curah hujan bisa ditekan hingga sekitar 106 mm.

Heru mengakui, efektivitas modifikasi cuaca kali ini lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar 35 persen.

"Ini karena kita menghadapi keterbatasan sekarang. Pesawat kita cuma satu, terbang satu sampai dua kali. Dulu kita terbang lima sampai enam kali. Sementara, sekarang jumlah awan sedang banyak dan kita harus berperang melawan awan," jelasnya.

Menurut Heru, bila jumlah pesawat yang dibutuhkan dipenuhi, maka efektivitas bisa ditingkatkan. Saat ini, pihaknya tengah mengusahakan peminjaman Hercules dari TNI.

Sementara modifikasi cuaca masih belum optimal, Heru mengatakan bahwa dampaknya sebenarnya sudah dirasakan. "Kalau kita tidak melakukan modifikasi cuaca, banjir di Jakarta sekarang bisa lebih parah," katanya.

Sulit Diukur

Abdul Muhari, peneliti pada Indonesia pada Hazard and Risk Evaluation di International Research Institute of Disaster Science (IRIDeS), Tohoku University, mengatakan, keberhasilan modifikasi cuaca sebenarnya sulit diukur.

"Klaim 35 persen (berdasarkan efektivitas tahun lalu) itu absurd karena teraannya tidak jelas. Kita tidak bisa mengukur hujan dari besaran awan," katanya ketika bercakap dengan Kompas.com lewat Facebook beberapa waktu lalu.

Meski sulit terukur, Abdul mengatakan bahwa dengan segala kondisi Jabodetabek saat ini, modifikasi cuaca adalah satu-satunya jalan untuk mengurangi risiko.

Permasalahan penyebab banjir Jakarta sudah terlalu kompleks. Pemerintah dan pihak terkait tidak bisa mengatasinya dalam waktu singkat. Normalisasi waduk dan sungai, relokasi warga dan langkah lain untuk jangka panjang sudah dilakukan. Tapi, butuh upaya untuk target jangka pendek.

"Dan yang paling praktis adalah modifikasi cuaca, walaupun trade off-nya upaya ini sangat mahal," ungkap Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com