Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Memotret "Tangan Tuhan"

Kompas.com - 10/01/2014, 22:49 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap citra "Tangan Tuhan" dengan wahana Nuclear Spectroscopic Stero Array (NuStar).

Diberitakan IB Times, Jumat (10/1/2014), Tangan Tuhan itu berjarak 17.000 tahun cahaya dari Bumi, terletak di konstelasi Circinus.

Citra yang ditangkap NASA itu tampak seperti sebuah tangan kiri yang sedang memegang material angkasa berwarna merah.

Walau dinamai Tangan Tuhan, citra tersebut sebenarnya menunjukkan awan material di angkasa yang disemburkan oleh bintang yang meledak.

NASA Citra

NASA pertama kali mendeteksi Tangan Tuhan itu dengan Chandra X-Ray Observatory pada tahun 2009, ketika obyek itu dideskripsikan sebagai obyek kecil dengan diameter 19 km.

Obyek itu disebut sebagai pulsar dengan usia yang sangat muda. NASA menamai obyek itu PSR B1509-58 atau singkatnya B1509.

Para astronom percaya bahwa B1509 memiliki medan magnet yang intens, sekitar 15 triliun kali lebih besar dari medan magnet Bumi.

Tangan Tuhan pertama kali dicitrakan dengan sinar X. Tangan tampak biru dan cahaya yang berenergi lebih rendah tampak berwarna hijau dan merah.

"Partikel-partikel ini berinteraksi dengan medan magnet di sekitar material sehingga berkilau dalam citra sinar X," demikian keterangan NASA.

"Hasilnya adalah awan yang dalam citra sebelumnya tampak seperti tangan yang terbuka. Pulsarnya sendiri tak terlihat dalam gambar ini, tetapi terletak di dekat titik putih terang," imbuh NASA.

Lalu, mengapa pulsar yang berinteraksi dengan material itu tampak seperti tangan?

"Bagian utara di mana struktur mirip tangan terletak lebih menyusut daripada bagian selatan, di mana semburan terletak, menunjukkan dua area yang secara fisik berbeda," kata NASA.

"Awan merah di ujung struktur serupa jari adalah struktur yang berbeda, disebut RCW 89. Astronom berpendapat, angin pulsar memanaskan awan, menyebabkannya berkilau dalam sinar X berenergi rendah," pungkas NASA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com