Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Manusia Keturunan Ubur-ubur Sisir?

Kompas.com - 16/12/2013, 22:59 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Gagasan baru akan asal-usul manusia dan hewan secara umum muncul. Berdasarkan penelitian terbaru, ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia mungkin keturunan makhluk serupa ubur-ubur sisir.

Diberitakan National Geographic, Kamis (12/12/2013), Andy Baxevanis, pakar genetika dari National Human Genome Research Institute di Bethesda, Maryland, mengurai genom dari spesies ubur-ubur sisir bernama Mnemiopsis leidyi.

Tadinya, dengan mempelajari ubur-ubur sisir, Baxevanis berniat mengisi gap dalam evolusi. Namun, setelah penguraian genom spesies tersebut selesai, ia dan rekannya justru dikejutkan dengan data hasil penelitian.

"Pemisahan paling awal dalam evolusi (sekitar 600 juta tahun lalu) melibatkan ubur-ubur sisir yang memisah dari hewan-hewan lainnya," kata Baxevanis yang memublikasikan hasil risetnya di jurnal Science.

Dengan hasil penelitian itu, ubur-ubur sisir diduga merupakan hewan paling awal yang ada di dunia. Hewan ini menjadi yang paling primitif di antara hewan-hewan primitif lain seperti spons, ubur-ubur, serta golongan hewan yang disebut placozoa.

Hasil penelitian ini memicu perdebatan. Pasalnya, sebelumnya diyakini bahwa spons merupakan hewan paling purba di Bumi. Dari spons-lah, semua hewan, termasuk manusia, berkembang semakin kompleks.

Spons dianggap paling purba karena tidak memiliki sistem otot dan saraf, sementara ubur-ubur sisir sudah memilikinya. Jika terbukti bahwa ubur-ubur sisir adalah yang paling purba, maka skenario evolusi bisa digugat bahwa mungkin ada kompleksitas yang hilang.

Riset Baxevanis dikomentari oleh Mansi Srivastava, pakar evolusi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Menurutnya, analisis data genetik dengan bantuan komputer kadang menghasilkan kekerabatan dengan spesies-spesies yang kurang perlu.

Namun, Baxevanis justru mengatakan bahwa penemuannya berguna sebab benar-benar tak terduga dan menguraikan apa yang sebelumnya belum diketahui. "Kita menjadi pembuat masalah di sini," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com