Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2013, 13:33 WIB
Dr. Irsyal Rusad. Sp.PD

Penulis


Nelson Mandela, presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, pada Kamis malam waktu Afrika dinyatakan meninggal dunia karena komplikasi pneumonia. Beberapa kali sebelumnya, ia dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama. Bahkan pernah dikatakan kritis akibat komplikasi gangguan pernapasan dan penumpukan cairan pada ruang pleura paru beliau.

Mendengar berita kematian pemimpin anti-apartheid itu terserang TBC selama di penjara, saya berpikir bahwa pemimpin besar yang tidak hanya kuat secara fisik namun juga mental ini, akhirnya takluk dengan pneumonia yang dideritanya.

Pneumonia, suatu infeksi jaringan paru, memang merupakan salah satu penyebab kematian utama pada usia lanjut, terutama pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Deng Xiao Ping kalau tidak salah juga meninggal disebabkan penyakit ini. Risiko kematian penderita pneumonia pada usia lanjut  3-5 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 60 tahun.  Sekitar 90 persen kematian akibat pneumonia terjadi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Komplikasi sepsis dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan penyebab kematian pasien pneumonia yang dirawat. Di Amerika saja, sekitar 40.000 kematian terjadi akibat penyakit ini.

Seperti halnya Nelson Mandela yang berusia 95 tahun dan Deng Xiaoping yang berumur hampir sama, usia lanjut adalah salah satu faktor risiko pneumonia ini. Mobilitas yang menurun, berbaring yang lama, penurunan daya tahan tubuh, gangguan imunitas, gangguan pertahanan lokal paru-paru, kebiasaan merokok, asupan makanan yang tidak adekuat, merupakan faktor risiko meningkatnya kejadian dan kematian pneumonia pada usia lanjut.

Adanya penyakit, kondisi lain yang sering dialami mereka yang berusia lanjut seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, stroke, gangguan fungsi ginjal, penyakit paru obstrukstif, malnutrisi, dan keganasan juga berperan tingginya angka kesakitan dan kematian pneumonia pada mereka. Ini disebabkan, beberapa penyakit-penyakit ini mengakibatkan penurunan imunitas mereka, dan penurunan imunitas ini meningkatkan risiko infeksi pneumonia.

Gejala, tanda klasik pneumonia seperti panas tinggi, menggigil, batuk yang produktif (banyak dahak, sering juga dengan pus), sesak napas, nyeri dada (terutama waktu batuk dan napas dalam), tidak ada nafsu makan, penurunan kesadaran, pada sebagian pasien usia lanjut bisa menonjol, tetapi bisa juga tidak. Karena penurunan refleks batuk, gangguan mekanisme pertahanan alami lokal paru, maka keluhan batuk pada pasien pneumonia usia lanjut tidak begitu tampak. Nyeri dada, panas yang tinggi juga kadang-kadang tidak muncul. Gejala yang tidak khas ini dapat berpengaruh terhadap penanganan dini. Penanganan yang terlambat akan meningkatkan kematian mereka.

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Penularannya sama seperti penyakit flu, melalui udara. Pada musim dingin, kasus pneumonia di negara yang mengalami perubahan musim ini meningkat. Di Indonesia, pada musim hujan kejadian influenza yang meningkat, risiko pneumonia, terutama pada mereka yang berusia di atas 65 tahun, bayi kurang dari 2 tahun juga demikian.

Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini? Di negara maju, apalagi menjelang musim dingin, walaupun hasilnya masih kontroversi, para usia lanjut ini diberikan vaksinasi setiap tahun. Untuk kita di Indonesia, rasanya itu belum mungkin. Barangkali perlu dipertimbangkan untuk diberikan kepada mereka yang sedang dirawat di rumah sakit atau di rumah.

Berhenti merokok, menjauhi alkohol, minum yang cukup, meningkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga teratur, nutrisi yang baik, istilahat yang cukup, dan mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat juga membantu menurunkan risiko kesakitan dan kematian akibat pneumonia ini.

Nah, pneumonia inilah yang mengakhiri kehidupan fisik Nelson Mandela pada usia 95 tahun. Namun, walaupun beliau secara badaniah sudah tiada, menyerah terhadap penyakit yang dideritanya, semangat, kesabaran, dan ketabahan beliau dalam berjuang untuk harga diri bangsa dan negaranya tanpa kekerasan tetap menjadi pembelajaran bagi semua orang. Dan, sebagai dokter, saya melihat bahwa semuanya itu pasti punya kontribusi terhadap umurnya yang panjang, jauh di atas rata-rata harapan hidup penduduk dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com