Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calvin T Boso, Dulu Pembabat Hutan, Kini Penjaga Hutan

Kompas.com - 26/11/2013, 14:32 WIB

Oleh Reny Sri Ayu

KOMPAS.com - Pertama kali program Penguatan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat masuk ke Desa Lonca, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tahun 2011, Calvin T Boso (44) adalah orang yang gigih melakukan perlawanan. Bagi dia, program itu tidak lebih dari upaya melarang dia dan warga lain menebang kayu di hutan.

Tak menebang kayu, berarti dia tak punya padi dan tak bisa makan. Begitu prinsip turun-temurun yang dipahami Calvin dan sebagian besar warga Lonca. Bahkan, sebagian warga Lonca sampai menyebut Calvin sebagai ”raja pembabat hutan”.

Tim dari Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) Palu-Poso yang membawa program ini mempunyai kepentingan dan pertimbangan tersendiri. Hulu DAS Miu yang berada di Lonca mengalami degradasi lahan, antara lain akibat praktik pertanian yang buruk dan alih fungsi lahan. Padahal, DAS Miu punya peran strategis dan penting tak hanya untuk wilayah Sigi, tetapi juga Palu.

DAS Miu menjadi muara ratusan anak sungai ke Teluk Palu, yang artinya melewati Kota Palu. Sebagian sungai ini masuk wilayah Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Tercatat TNLL punya luasan 217.961 hektar dan lebih dari setengahnya termasuk wilayah Kabupaten Sigi. Bisa dibayangkan dampak yang akan timbul apabila hutan di kawasan Sub-DAS Miu rusak.

Butuh waktu memberi pengertian kepada Calvin hingga mau menerima program ini. Terjadi debat alot selama tiga hari untuk memberi pemahaman soal dampak kerusakan hutan dan peran penting desa mereka sebagai wilayah hulu. Petugas fasilitator harus membuka berbagai gambar, foto, dan data untuk meyakinkan Calvin.

”Setelah dijelaskan, saya akhirnya paham. Pelan-pelan saya pikirkan semua, saya coba merenung, mengingat yang sudah saya lakukan terhadap hutan di sekitar desa saya. Lalu timbul kesadaran, saya ikut andil jika terjadi bencana, mengorbankan banyak orang dan harta benda,” tuturnya.

Gerakan penghijauan

Tidak sekadar sadar, Calvin juga menjadi pemimpin kelompok Hintuwua, kelompok yang memotori gerakan penghijauan sekaligus mencari sumber pendapatan alternatif untuk meredam keinginan warga membabat hutan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masuknya Calvin dalam kelompok ini membuat warga yang semula menentang menjadi ikut mendukung dan mau bergabung dalam Hintuwua ataupun gerakan penghijauan.

Tak membuang waktu lama, Calvin mulai melakukan gerakan penanaman kembali lahan-lahan kritis yang pernah menjadi lokasi peladangan berpindah. Tercatat sejak tahun 2011 hingga kini, Hintuwua bersama warga sudah menanam lebih dari 214.000 anakan pohon berbagai jenis dan sebagian di antaranya dibibitkan sendiri dengan jenis tanaman lokal.

Tak hanya hutan, daerah pinggir sungai juga ditanami berbagai jenis tanaman yang berfungsi menguatkan tanah. Kesadaran warga bukan sekadar simbolis. Barometernya, acap kali bibit atau anakan pohon yang disiapkan untuk ditanam di lokasi yang telah ditentukan diambil diam-diam dan ditanam di sekitar rumah atau wilayah mereka.

Warga yang sebelumnya bergantung pada padi ladang yang ditanam di hutan mulai digugah mengurusi tanaman kakao dengan serius. Walau warga sudah mengenal tanaman kakao sejak lama, hampir semua menjadikan kakao sebagai tanaman sampingan. Tanaman utama mereka adalah padi ladang dan palawija karena dapat memenuhi kebutuhan makan harian.

Untuk urusan kakao, Calvin tidak hilang akal. Ia meminta 30-an anggota kelompok untuk membentuk usaha simpan pinjam. Anggota diminta menyetor dana wajib Rp 50.000 per orang dan bulanan Rp 10.000 per orang. Walau menyimpan uang, ia menetapkan bentuk pinjaman tak boleh berupa uang, tetapi keperluan alat pertanian, pupuk, dan lainnya untuk memaksimalkan hasil kakao.

Anggota setuju, dan usaha simpan pinjam ini jalan. Hasilnya, tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan alat pertanian anggota kelompok, tetapi juga memiliki sisa hasil usaha. Melalui usaha simpan pinjam, mereka mulai usaha ternak ayam dan penggilingan kopi dengan melibatkan warga. Warga diajak menanam cabai dan hasilnya, Lonca menjadi pemasok utama cabai di ibu kota Kecamatan Kulawi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com